Rabu, 13 Juli 2016

Workshop Jurnalisme Damai YAKOMA-PGI di Ternate


“Workshop Jurnalisme Damai”
YAKOMA-PGI di Ternate

(oleh : Inggrith Pusung)

Bagi sebagian orang, menulis itu hanya sekedar hobi, namun  sebagiannya lagi aktifitas menulius sudah menjadi sebuah profesi. Bahkan menjadi sumber penghasilan. Terlepas dari itu menulis menjadi sesuatu yang penting di zaman sekarang karena menulis adalah salah satu bentuk komunikasi bahasa verbal untuk menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain. Menanggapi akan pentingnya keterampilan menulis khsusnya bagi generasi muda saat ini, maka kembali lagi YAKOMA-PGI melaksanakan kegiatan Workshop Jurnalisme damai bersama pokja YAKOMA-PGI di wilayah Maluku Utara. Pagi itu sekitar pukul 09:30 lokakarya tersebut dibuka. Lokakarnya ini berlasung di kota Ternate tepatnya di gedung serbaguna Gereja Protestan Maluku (GPM) yang  dilaksanakan selama tiga hari (12-14 mei 2016) dengan melibatkan  peserta (25 orang) dari beberapa lembaga lintas iman diantaranya, mahasiswa Universitas Khairun (UNKHAIR), Universitas Muhamadiyah Maluku Utara (UMMU), Politeknik Sains Teknologi Wiralaba, pemuda GMIH, pemuda GKPMI, Himpunan Mahasiswa Kristen (HMK)-UMMU dan Persekutuan Mahasiswa Kristen UNKHAIR (PMK-U). Dalam pelatihan ini juga menghadirkan pemateri utama bapak P.Hasudungan Sirait yang biasa di sapa bang Has, juga ibu Rainy Hutabarat dan pak Agung  dari YAKOMA-PGI.

Kegiatan Hari Pertama Peserta diberikan pemahaman dalam memetahkan manfaat media sosial serta mengungkapkan kesulitan-kesulitan menulis dan mulai diajarkan cara menulis yang baik dengan cara menuliskan unsur-unsur  penting dalam sebuah berita, artikel maupun opini,  sampai dengan cara menemukan ide untuk mendeskripsikan suatu objek, membuat narasi, bahkan menggabungkan antara keduanya menjadi sebuah berita. Peserta juga diajarkan untuk berlatih mewawancarai teman sendiri dan juga diminta untuk bercerita tentang sosok yang dikagumi, benda yang dikagumi bahkan pengalaman yang tak terlupakan semua itu disusun dalam bentuk draf dan dipserentasikan oleh masing-masing peserta.

Kegiatan pada hari kedua dimulai pukul 10:00 WIT. Peserta mulai dibekali dengan beberapa materi diantaranya standar jurnalisme, teknik wawancara, gaya bahasa dan tulisan, cara agar tulisan hidup dan bertenaga serta lainnya. Pada sesi selanjutnya peserta diminta  juga membeda konstruksi bahasa koran lokal Malut post. Selanjutnya pukul 13:00 peserta diarahkan keluar gedung serganuna untuk mengamati lingkugan sekitar Gereja bahkan dalam ruangan gereja dan peserta diminta mendeskrisikan semua itu dalam satu bentuk berita.. Sebelum menutup pelatihan hari kedua peserta disberikan kesempatan film tentang bagaimana wartawan berjuang untuk mengungkapkan kebenaran ditengah ancaman apapun. Dari film ini juga kami mendapatkan banyak motivasi, bahwa untuk menjadi seorang wartawan hasil benar-benar mengungkapkan kejadian nyata yang mengntungkan banyak orang tanpa memanipulasi data. Dan semua itu tentunya butuh penjuangan.


Kegiatan hari ketiga dimulai pukul 09:00 WIT. Dalam hari terakhir pelatihan ini peserta di minta menuliskan tugas dan kewajiban seorang wartawan sebelum diketahui lebih lanjut tentang tugas wartawan,  belajar cara-cara mewawancarai narasumber, sampai pada merumuskan kode etik wartawan dalam masing-masing kelompok sebelum mengetahui lebih jauh tentang kode etik wartawan Indonesia. Pada penghujung lokakarya ini juga peserta terjung langsung ke lapangan untuk melihat dan menggali persoalan seputar lingkungan hidup, pariwisata dan juga persoalan ekonomi. Adapun tempat yang dikunjungi peserta yaitu untuk kelompok yang menggali persoalan tentang lingkungan hidup mengambil dua tempat yangakan dijadikan objek yaitu pantai Falajawa dan taman Nukila, untuk kelompok ekonomi mendatangi dua tempat yaitu pasar Gamalama dan Hypermart, disana kelompok ini mencari informasi seputar perbandingan harga, pelayanan, keadaan lingkungan dengan langsung mewawancarai beberapa orang penjual dan juga pembeli. Pada kelompok ketiga atau kelompok pariwisata mengambil dua tempat untuk dijadikan objek yaitu mesjid kesultanan Ternate dan benteng Fort Oranje dalam kelompok ini mereka mencoba menggali sejarah dua tempat ini dan juga persoalan minat pengunjung dengan mewawancarai penjaga Masjid Kesultanan Ternate dan juga tama Fort Oranje. Akhir dari observasi ini sendiri kemudian dibuat berita oleh masing-masing kelompok dan dipresentasikan. Sebelum kegiatan ini ditutup peserta juga diajarkan soal cara memotret atau mengambil gambar dengan baik.  Waktu menunjukan pukul 19:30 WIT yang artinya sudah malam, sebelum penutupan, perwakilan dari pesertapun menyampaikan beberapa rencana tindak lanjut dari pelatihan ini. diantaranya pembuatan website untuk pokja ini sendiri, keaktifan peserta untuk selalu mengirimkan tulisan yang akan dimuat di majala oikumenne dan pembuatan buletin yang akan diterbitkan setiap minggu di kampus-kampus yang ada di kota Ternate. Dengan satu harapan bahwa YAKOMA-PGI bisa mengawal baik RTL yang telah direncanakan itu. “Tetap bersama kami untuk melanjutkan cerita selanjutnya” tegas salah satu peserta lokakarya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar