Minggu, 18 September 2016

SAMPAH MENJADI PENYAKIT BAGI MASYARAKAT



Sewaktu melewati di Kelurahan Makasar Timur Kota Ternate. Hidung saya terganggu dengan bau yang tak  sedap yang berasal dari samping rumah warga. Ada apa gerangan ? Ternyata bau sampah yang bertumpuk di sekitar rumah warga. 

Manusia sakit karena kelalaian merawat dan menjaga pola hidup yang bersih dan sehat juga faktor lingkungan yang tidak sehat. Sampah sangat berbahaya bagi kesehaatan manusia dan lingkungan sekitar oleh karena itu sampah harus diolah dengan baik agar tidak mencemari lingkungan dan kesehatan manusia.

Botol plastik sampah yang sudah terurai disebabkan karena kurangnya kesadaran warga setempat. Padahal masalah sampah adalah masalah kita semua bukan tunggu datangnya hujan yang akan membersihkan sampah terbawah ke laut lepas. Sampah  yang selama ini kita buang begitu saja, ternyata masih dapat diolah kembali antara lain dibentuk kerajinan yang bernilai ekonomis. 
Janganlah membuang sampah sembarangan, buanglah sampah pada tempatnya. Menjaga kebersihan ini dapat dimulai dengan mengangkat sampah yang ada di sekitar kita dan membuangnya ke tempat sampah yang tersedia.

Kita sebagai generasi muda, harus menyadari bahwa sampah itu merupakan ancaman yang sangat besar untuk masa depan Kota Ternate yang kita cintai ini. Untuk itu, sebagai generasi muda kita harus menumbuhkan kreasi-kreasi baru dalam memanfaatkan sampah. Mari kita ciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari sampah dari sekarang dan juga untuk masa depan.
(Tiwong Peo)

Pengaruh media sosial (Medsos) dalam kehidupan remaja




Dalam berkehidupan social kita tidak terlepas dari yang namanya interaksi atau hubungan timbal-balik antara sesama individu baik secara langsung (face to face) atau melalui media baik media social maupun media masa pada saat ini.

Dengan adanya globalisasi pada saat ini semarak berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Menuntut setiap orang untuk senantiasa mengembangkan kreatifitasnya diberbagai sector kehidupan. Salah satu yang berkembang dengan pesat adalah media baik media social maupun media masa.

Dengan adanya media kita bisa mendapatkan informasi yang baru dan banyak baik itu dari dalam maupun luar negeri walau hanya beberapa menit, kemudian kita dengan sangat muda untuk saling berkomunikasi dengan orang lain walaupun dalam jarak yang begitu jauh. Namun dalam hal ini terdapat kesalahan kesalahan yang sangat fatal yang bisa berdampak buruk bagi para remaja dalam mengunakan media ini bisa kehilangan identitasnya yang sebenarnya dan sangat berpengaruhpada generasi selanjutnya.

Kemudian dalam hal ini sangat berdampak buruk dan sangat merugikan bagi para remaja dalam mengunakan media terlebih khususnya media social yang berupa facebook,geogle, dll,,pada masa remaja adalah masa dimana seseorang ingin mencari tau hal-hal yang belum diketahuinya sehinga dengan adanya media social (medsos) hal-hal buruk pun bisa menjadi prioritas utama bagi para remaja. Misalnaya mengambil gambar,video porno, mengunakan obat obat terlarang sehinga hal ini bisa terjerumus kedalam jurang yang dangkal sehingga hal ini menjadi virus yang menjalar kepada orang lain terutama para generasi kita sekarang ini.

Hal ini seharunya orang tua selaku pembimbing lebih melihat atau menekankan kepada anaknya dalam mengunakan media sehinga watak dan mental remaja dapat terbentuk dari orang tua yang peduli terhadap anaknya. Ada ada pengakuan dari beberapa remaja bahwa ia sangat sulit untuk melepaskan hal-hal yang walaupun hal itu membuatnya menderita namun sangat menyenagkan bagi dirinya, hal ini karna diberikan kebebasan kepada remaja yang terlalu berlebihan sehinga sangat sulit untuk merubah pola pikir remaja tersebut, maka orang tua harus bisa mengawasi anaknya dalam berbagai sector kehidupan termaksut dalam pengunaan media agar karakter dan watak remajapun dapat bertumbuh dan dapat berpikir secara positif sebagai generasi penerus bangsa yang baik.

(Azaria Tuka)


Pelatihan Jurnalistik Berperskpektif Damai





Untuk menjadi seorang jurnalis, kita tentu harus memahami terlebih dahulu apa itu jurnalistik dan  apa saja yang di kerjakan oleh para jurnalis. Bekerja di bidang jurnalistik adalah sesuatu yang sangat baik bagi sebagian orang. Jurnalis adalah orang-orang yang memiliki pekerjaan yang mulia. Kenapa? Karena mereka bekerja untuk melayani kebutuhan masyarakat melalui jalur mencari dan menyebarkan informasi. Namun pada kenyaatannya, pekerjaan  ini tidaklah mudah. Dalam melakukan pekerjaannya,  jurnalis yang umumnya disebut wartawan, harus berani menghadapi resiko yang cukup besar, misalnya jika ditugaskan untuk meliput wilayah yang sedang dilanda bencana atau perang, dalam situasi yang demikian dapat dikatakan nyawa seorang wartawan jadi taruhannya, tapi di sisi lain kualitas dari informasi yang akan dibagikan menjadi target yang sangat penting untuk dicapai, sehingga kondisi seperti ini menjadi peluang sekaligus ancaman bagi jurnalis itu sendiri.
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) cabang Ternate bekerjasama dengan komunitas menulis Perkici Kie Raha dan pemuda GMIH Eben Haezer Ternate melaksanakan Kegiatan Pelatihan Jurnalistik Berperspektif Damai. Adapun kegitan ini diikuti oleh kader GMKI cabang Ternate dan Utusan pemuda Denominasi Gereja Sekota Ternate. Kegiatan ini dilaksanakan di GMIH Eben Haezer Ternate (16 September 2016).  Kegiatan  ini mengajarkan dan membuat kita kenal dengan pekerjaan sebagai seorang jurnalis, asalan mengapa kita harus menulis, kendala menulis dan teknik menulis berita. Kegiatan ini juga melatih kita untuk belajar bagaimana membuat sesuatu yang benar-benar menjadi kebutuhan banyak orang. Ada banyak keuntungan bagi kita dalam megikuti kegiatan ini. Karena  kegiatan ini pun mengajarkan kita tentang hal – hal yang menjadi kebutuhan  publik. Setelah kami di berikan arahan diarahkan oleh pengurus perkici kieraha, Inggrith Pusung kami juga di arahkan langsung belajar menulis berita dan langsung diarahkan ke lingkungan, mencari masalah-masalah sosial untuk di buat tulisan dan dipresentasikan.
Pentingnya bagi kita sebagai kaum muda untuk terus kembangkan kemampuan kita dalam hal menulis. Lewat kegiatan seperti inilah kitadapat mengembangkan kemampuan kita. Dalam kesempatan ini juga para peserta yang sangat antusias ini melanjutkan RTL  yaitu  setiap hari peserta yang mengikuti pelatihan ini wajib menulis  yang selanjutnya akan di muat pada blog Perkici Kie Raha (http//:perkicikieraha.blogspot.com) dan juga menulis di buletin Suara Kita yang terbit setiap minggu itu.

(Romiandra Arnyanyi)

Sabtu, 17 September 2016

BERKELILING TANPA KENAL MALU


BERKELILING TANPA KENAL MALU



Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, pertumbuhan pendudukpun semakin pesat, dan hal itu tidak pernah luput diikuti oleh yang namanya KEBUTUHAN maupun KEINGINAN. Ya, kebutuhan penduduk itu sendiri. Kebutuhan dalam menitih jenjangnya kehidupan sehari-hari, Kebutuhan pribadi per pribadi, baik itu kebutuhan primer maupun hanya menjadi kebutuhan sampingan. 


Banyak orang berlombah-lombah dalam pencapaian diri masing-masing, pencapaian yang menjadi penopang dalam menjalankan yang dikehendaki setiap perorangan. Pencapaian yang akan menjadi pemuas jiwa setiap orang, dan pencapaian dimana setiap orang dapat terihat BISA.
Namun, berbeda dengan satu orang ini. Orang yang hanya bermodalkan nekat untuk melangkahkan kaki ketanah rantau, dengan tidak memperdulikan kerasnya hidup ditanah orang ia berjalan dan menitih kehidupannya. Ya, dia adalah Reza, seorang pemuda yang berasal dari desa Cimanggu, kec. Pelabuhanratu, kab.sukabumi, prov. Jawa barat, yang merantau di kota ternate, prov.maluku utara, demi mencari pengalaman kehidupan yang lebih bermakna.

Siang itu, Jumat, 16 September 2016 sekitar pukul 14 kurang, ketika saya dan teman-teman hendak mengobati kepenatan dalam aktivitas perkuliahan dengan jalan-jalan keterminal angkot di kelurahan gamalama, seraya sedikit mencicipi kuliner yang ada diareal terminal itu, dari mulai es cukur kacang, es cukur pisang ijo, pisang molen, tahu isi goreng, dan sampai pada pentolan.  yang mana penjualnya adalah pemuda yang bernama Reza tadi. Iseng-iseng kami bertanya tentang pribadinya. 

Dengan hanya mejadi seorang penjual pentolan keliling ia mencari uang untuk menafkahi kebutuhan ekonominya sehari-hari. Tanpa alat bantu apapun ia memikul kotak besar tempat ia menaruh segalah bahan penjualan pentolannya. Dengan keringat bercucuran didahinya menandahkan bahwa betapa pekerjaannya itu sangat menguras tenaga. Bayangkan bagaimana kelelahannya ia memikul gerobak pentolannya yang tanpa roda itu. Saya saja kalau menenteng tas ransel saya dalam (kurang lebih) dua jam, pundak saya serasa memar. Apalagi seorang Reza yang memikul kemana-mana gerobaknya itu. 
Pemuda dengan wajah khas Jawa, kulit sawo matang, dengan tinggi badan berkisar 152 cm itu kemana-mana menenteng gerobaknya tanpa kenal lelah, dengan semangat seorang mudah, ia memijakkan kaki, satu… dua… tiga… sampai langkah yang tak terhingga membawa kotak besar itu. Reza yang berumur 26 tahun, dimana pada umur seperti itu para pemuda biasanya menghabiskan masa muda dengan berfoya-foya, berhura-hura, pun melakukan kegiatan untuk kepuasan pribadi setiap orang muda, namun tidak halnya dengan orang muda yang satu ini. Reza manghabiskan hari-harinya dengan berkeliling kemana-mana menjual dagangannya.

Sebagai seorang anak buah dari pedagang pentolan, penghasilan perharinya (berkisar) Rp.250.000 dan uang itu disetor pada bosnya. Dan  iapun hanya mendapatkan 30% dari penghasilnnya itu. Dengan penghasilannya yang tidak seberapa, ia mampu melangsungkan kahidupannya dirantau orang.

Reza melangsungkan pendidikan hingga jenjang Sekolah Menengah Atas, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam. Seharusnya ia lebih memikirkan bagaimana melangsungkan pendidikannya di jenjang Perguruan Tinggi. Apalagi dia pernah bekerja dalam bidang photografer. Pengalaman seperti itu seharusnya mampu ia kembangkan dan dapat menjadikan penghasilan yang lebih dalam hidupnya. Namun kembali lagi pada realita yang terjadi saat ini, REZA HANYALAH SEORANG PENJUAL PENTOLAN. Sungguh sangat disayangkan hal itu bisa terjadi. Tidak ada kemauankah dia melanjutkan pendidikannya ? ataukah ada faktor lain ?

Anak muda yang bercita-cita, namun faktor lemahnya ekonomi menjadi pembatas dalam mengejar cita-citanya. “saya sebenarnya pengen jadi desiener. Cuma orang tua nggak mampu.” Ucap Reza waktu ditanya cita-citanya. Tujuan ia datang ke Ternate karena ingin mencari pengalaman kerja dibidang IT, khususnya desine photografi. Namun lagi-lagi sangat disayangkan, jalan hidup manusia tak  selalu berjalan mulus, kadang apa yang kita kehendaki tak seperti apa yang kita dapatkan. Reza adalah orang yang patut menjadi contoh untuk kaum mudah bahwa hidup tidak semuda kita membalikan telapak tangan. Jangan malu untuk melakukan suatu pekerjaan, sekeras apapun pekerjaan itu, selagi itu baik dan halal tentunya, lakukanlah !!!

Karena manisnya kehidupan memang sangat diinginkan kita sebagai manusia khususnya kaum muda, Namun kehidupan yang pahit itulah yang membawa kita ke jalur yang lebih indah lagi.

                       
 (Yulinar E. Saleh)