Rabu, 13 Juli 2016

KERESAHAN AKIBAT AIR SALOBAR BAGI SEBAGIAN WARGA TERNATE



SALOBAR ITU DIBUAT PEMERINTAH

ASIN. Itulah satu kata yang dapat mewakili rasa air ditempat kami.
Sebelumnya perkenalkan, nama saya Yulinar Estevani Saleh, lebih akrabnya Saya dipanggil Yuli. saya kuliah di Univarsitas Khairun ternate, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan yang berada di Akehuda ternate Utara. Dan saya menyewa sebuah kamar kost di dekat kampus untuk saya tempati semasa kuliah saya.
Saya ingat waktu pertama saya tinggal di kosan saya, dan pada saat saya akan memasak nasi, nasi yang saya makan rasanya asin. Saya bertanya-tanya didalam hati kanapa rasanya begitu asin ? beras apa yag dikirim orang tua saya sehingga rasanya seperti ini ? sayapun berhenti makan dan membuang semua nasi di ricecooker saya karena takut keracunan. Kemudian karena saya masih sangat lapar, dan kebetulan saya orang baru dikosan itu jadi saya malu untuk meminta nasi dari teman-teman dikosan saya. Pikir saya, kami belum saling kenal. Tidak mungkin saya meminta nasi pada mereka. Jadi saya putuskan untuk membeli beras diwarung karena saya sudah tidak mau makan nasi dari beras kiriman orang tua saya. takut rasanya seperti tadi. Sepulang dari warung saya memasak nasi kembali dari beras yang saya beli tadi. Dan saya amat kaget karena ternyata rasanyapun sama seperti nasi yang sebelummya saya makan kemudian saya buang. ASIN LAGI. Saya berfikir lagi, kalau nasi dari beras yang saya beli inipun asin, berarti beras kiriman orang tuang tua saya belum tentu seperti yang saya pikirkan tadi. Dari sini saya menaruh perkiraan bahwa pasti ada yang salah. Tapi apa ? pikiran saya belum mengarah ke hal yang lain.  Nah, walaupun lapar. tetapi karena perasaan takut akan keracunan tadi masih ada, saya tinggalkan lagi makanan saya. saya putuskan untuk makan diwarung kampus ketika saya kuliah sebentar nanti.
Siang harinya saya mempersiapkan diri untuk pergi kekampus. Saya ambil handuk saya yang tergantung, dan menuju kekamar mandi. Katika akan menyikat gigi, saya amat kaget. Air yang saya pakai untuk kumur sangat asin. Seperti air garam saja. Saya pun teringat dengan nasi yang saya makan tadi. Dari situ saya menarik kesimpulan bahwa nasi saya asin karena pengaruh dari air. Bukan beras yang ada apap-apanya, melainkan air ditempat ini. Namun karena takut terlambat ke kampus, saya langsung saya meneruskan mandi saya. tidak peduli lagi dengan keadaan airnya. Selesai mandi saya kemudian mempersiapkan diri dan berangka kekampus. Herannya ditengah-tengah saya mempersiapkan diri badan saya terasa sangat gerah. Walaupun sehabis mandi tapi keringat bercucuran didahi saya. ada apalagi ini ? saya rasanya sama seperti sehabis mandi di pantai.

Pulang dari kampus, katika saya sampai dikosan dan akan menuju kekamar saya yang berada dipaling ujung, saya berpapasan dengan salah seorang wanita teman kos disamping kamar saya yang kemudian saya ketahui namanya Sil. Saling melempar senyum, sapaan, dan keakrabanpun terjadi dengannya. Berdasarkan informasi yang saya terima dari Sil bahwa air di ditempat ini salobar (asin). Kebetulan karena dia senior saya dan dia lebih lama tinggal di kosan ini jadi dia sudah lebih mengetahiu keadaan di tempat ini. Katanya, sudah setahun lebih lamanya air ditempat ini tidak dapat dikonsumsi. Hanya dipakai mencuci piring, mencuci baju, dan mandi. Siram tanaman saja layu. “kalo mo teru makanan, torang biasa pake aer gelon” akunya. (arti: kalau mau masak, kita biasanya memakai air dari dispenser). Mendengat itu saya Cuma bisa senyum masam. Orang kampung, anak kost, kekurangan uang, belum dapat kiriman, dan kalau setiap masak harus pakai air gelon, itu artinya harus mengeluarkan anggaran besar untuk beli air gelon. Namun begitulah nasip kami. Mau tidak mau kami harus menerimanya. Kalau tidak begitu, kami akan pakai air dimana lagi ? hanya itu satu-satunya cara kami.
Lambat laun saya mengetahui bahwa bukan hanya di tempat kami saja yang airnya seperti itu, melaikan di seluru derah bagian utara kota ternate ini. Bahkan ada yang lebih parah dari kami. Banyak yang sudah mengalami sakit, baik itu diare, gatal-gatal, dan lain sebagainya. Kebanyakan pada anak-anak. Kembali saya bertanya-tanya, kenapa pemerintah tidak mengambil langkah untuk mengatasi hal ini ? kenapa mereka membiarkan masyarakan menglami hal seperti ini ? mampukah mereka melihat rakyat mereka menderita ?
Baru-baru ini saya dan teman saya pergi jalan-jalan dengan sepeda motor. Ketika hampir dekat dengan kantor PDAM, seorang petugas memblokade jalan kami dan pengendara lain agar kami mengikuti jalan lain. Hal ini disebabkan karena sedang terjadi aksi demo dikantor PDAM yang dilaksanakan oleh mahasiswa beserta warga kelurahan dufa-dufa yang pasti nya sudah tak mampu lagi mengkonsumsi air salobar terus menerus. Ditengah perjalanan kami terdengan suara seorang wanita yang kebetulan sepeda motornya berjalan berseblahan dengan kami dan suara wanita itu sangat kencang sehingga terdengar hingga ketelinga saya “kase tinggal kasana dong demo. Lah aer tu dia sadap sadiki”. (arti: biarkan saya mereka demo, biar airnya enak).
Bukan hanya satu kali aksi demo yang dilakukan masyarakat. Sudah berulang-ulang kali. Bahkan ada satu waktu dimana masyarakat melakukan demonstasi yang mungkin karena dipicu oleh emosi, ada seorang warga masyarakat yang mengeluarkan umpatan kasar demiklian “bakar saja ni kantor. Setang deng ngoni” (arti: bakar saja kantornya. Setan kalian). Dan didepan gerbang kantor PDAM dipasang spanduk yang bertuliskan “ANDA MEMASUKI KAWASAN AIR SALOBAR”. Sayangnya sekarang spanduk itu sudah diturunkan.

Katanya warga tidak mendapatkan air bersih dikarenakan adanya produksi air kemasan Ino Oke Bahari Berkesan yang menyebabkan terjadi kerusakan pada sumber mata air dilingkungan Ake Galale. Hal itu perna disuaran oleh salah seorang pemimpin aksi massa demonstrasi sekaligus dosen saya, Sukarno Adam. Wow ! bapak buat saya bangga. Karena desakan dari pihak massa aksi yang mempertanyakan pihak-pihak terkait dibalik bisnis air kemasan tersebut, jadi mungkin karena kuatnya desakan dan garangnya wajah masyarakat, dengan terpaksanya Direktur PDAM kota ternate Syaiful Djafar dihadapan para aksi demo ia menegaskan bahwa “air kemasan Ino Oke adalah milik pemerintah kota Ternate” selasa (4/4/2016) lalu – malut post.

Namun sepertinya aksi demo yang dilakukan masyarakat dan mahasiswa waktu itu tidak membawa pengaruh sedikitpun. Hingga sekarangpun air masih asin saja, masih salobar saja, masih gerah saja sehabis mandi, dan masih tidak boleh diminum. Tidak ada sedikitpun perubahan yang terjadi. Seolah-olah demonstrasi yang dilakukan masyarkat itu dianggap angin lalu.
Dalam perihal ini, siapa yang harus kita salahkan ? perusahan Produksi Air kemasan Ino Oke Bahari Berkesankah ? pegawai PDAMkah ? masyarakat kah ? saya rasa masyarakat tidak punya andil dalam salobarnya air ini. Dan menurut saya yang patut disalahkan itu pihak pemerintah. Saya heran, pemerintah seolah tidak memikirkan nasip masyartakat. Bagaimana  bisa mereka membiarkan hal ini terjadi. Bahkan bisa dibilang mereka dalang dari semua ini. Naasnya untuk mendapat air bersih yang layak diminum, masyarakat harus membeli didepot air atau membeli air kemasan untuk minum bahkan menanak nasi. Seolah-olah pemerintah menjadikan masyarakat tumbal untuk bisnis mereka. Wow ! sangat tidak berperikemanusiaan.
Jadi disini saya sangat harpakan kepada pihak pemerintah bahwa “kembalikan hati kalian, tarukan masyarakat didepan bisnis, bukan bisnis didepan masyarakat, dan perbaiki keadaan air di daera kami. Lebih tepatnya keembalikan keadaan air kami seperti semulah. HARUS !



Oleh : Yulinar Estevani Saleh.               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar