Selasa, 12 Juli 2016

MESJID KESULTANAN TERNATE



Sejarah Negeriku Yang Tak DiPerhatikan !!!




Asalamualaikum, kami menyapa para bapak-bapak yang duduk di emperan Mesjid Kesultanan ini, dengan wajah yg sudah basah karena air wuduh mereka membalas salam kami tanpa menyalami tapi dengan senyum yang manis kami tau mereka menerima kedatangan kami, Waktu menunjukan (12.30 WIT) menandakan mereka akan melaksanakan sholat dzuhur, kami memberitahukan maksud kedatangan kami, tapi mereka mau sholat kami di persilahkan untuk melihat-lihat sekeliling Mesjid Kesultanan, di depan mesjid sultan ada sebuah menara orang ternate biasa bilang falajawa, di samping kiri masjid ada tempat sholat khusus wanita, karena wanita tidak bisa masuk sholat kedalam mesjid kesultanan karena pada zaman dahulu ada seorang istri nabi yang sholat dan pinggangnya di cubit oleh seorang pria tak di kenal sehingga Mesjid Kesultanan menerapkan peraturan ini agar tidak terjadi pelecehan dan datang bulan yang datang tiba-tiba di kala shlat, selain itu juga di samping kanan ada juga sebuah bangunan, bangunan itu di pakai buat tempat pengajian di muka tempat pengajian ada kolam itu bukan kolam ikan tetapi dulunya itu tempat pengambilan air wuduh, tetapi sekrang kolam itu sudah rusak, dan tidak terpakai lagi, rencana meraka ingin memperbaiki kolam tersebut agar bisa mengambil air wuduhnya di situ, di depan mesjid kesultanan juga ada terdapat dua beduk letaknya di samping kiri jalan masuk, beduk yang d bagian kiri itu beduk sudah lama sedangkan beduk yang di sampingnya itu beduk baru, beduk baru itu berasal dari mojokerto,beduk itu di berikah oleh seorang pengusaha di mojokerto, di samping kanan mesjid kesultanan juga ada sumur tetapi airnya sudah kering, di smping kiri ada juga bak penampungan air bersih buat wuduh juga, ada juga sumur yang di dalamnya masih ada air yang masi bersih dan yang digunakan oleh para umat untuk mangambil wuduh, di belakang mesjid sultan ada terdapat 6 makam kuburan, kuburan ini adalah kuburan keturunan Kesultan, Yang pertama ada kubur Sultan Mudafar Syah yang Meninggal Tahun 2015, di sebelahnya Ada kakaknya bernama Jurimi, Ada juga Kuburan yang sudah di buat rumahnya disitu di makamkan Ayah mendiang Sultan Mudafar Syah, dan Adiknya bernama Hamid, Di sebelah lagi hanya di batasi dengan tembok sebatas lutut orang dewasa disitu dimakamkan Sultan Safrudin dan Jamal Lu Lail uniknya beliau ini adalah orang mekah, karena hanya beliau menafsir kiblat yang ada di kesultanan ini salah dan ketika mereka melihat memakai bambu ternyata itu benar, sehingga beliau berada di Ternate hingga meninggal, Di Mesjid ini juga terdapat mes para penjaga mesjid ini, kami tertarik dengan 5 tempayang yang ada di depan mesjid 3 di kiri dan 2 di kanan, dan kenapa juga lantainya berwarna merah dan Keaslian dan interior mesjid itu masih sangat terjaga juga sangat bersih .
Dan jika kita melangkahkan kaki kedalam masjid itu, maka kita pasti akan langsung melihat gubah dan mimbar yang berdiri lurus tepat didepan pintu masuk masjid. Udara didalam masjid terasa begitu sejuk karena bangunan dari masjid itu sebagian besarnya terbuat dari kayu. Didalam masjid itu terdapat terdapat 16 tiang besar yang menyangga bangunan tersebut, ada juga kipas angin yang berjumlah 5, lampion yang berjumlah 31, kotak amal 2, serta lemari yang birisi buku-buku religidan kitab suci Alquran. Warna yang mendominasi didalam masjid adalah warna hijau. Adapaun lantai dari dalam bangunan masjid berwarna merah, serta membentuk garis lurus, pintunya berwarna hijau-kuning  dan texture dari lantai serta didinding begitu halus, dan membentuk pola yang berulang-ulang,
Setelah selesai sholat dzuhur kami di panggi oleh salah satu penjaga mesjid itu, kira-kira dia berumur 19 tahun, seorang anak muda yang sudah mengabdi di mesjid ini merupakan mahasiswa semester 2 di salah satu Universitas di Ternate, Kami di panggilnya masuk dan lucunya kami yang perempuan hanya bisa sampai pada batas pintunya saja, kami di sambut oleh seorang tetuah yang ada disitu namanya Hj.Naser beliau sudah hidup di Kesultanan ternate selama 20 tahun, kami menyalami dan berkenalan dengan beliau, kami pun mulai berbincang-bincang dengannya. Menurut sejarah, Mesjid kesultanan ternate telah dirintis oleh masa sultan Jaenal Abidin, namun ada juga yang beranggapan bahwa pendirian masjid sultan baru dilakukan awal abad ke 17, yaitu sekitar tahun 1606 saat berkuasanya sultan Saidi Barakati. Hingga sekarang, belum ditemukan angka valid sejak kapan sebetulnya masjid sultan ternate didirikan. Akan tetapi, melihat kenyataan sejarah, sebelum sultan Saidi Barakati naik tahta, kesultanan ternate telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik dibidang keagamaan, ekonomi maupun angkatan perang. Perjuangan sultan khairun (1534-1570) yang diteruskan yaitu sultan Babulah (1570-1583) untuk mengusir pasukan portugis, misalnya, menjadi salah satu fase kegemilangan kesultanan ternate sekitar setengah abad sebelum berkuasanya sultan Saidi barakati. Sehingaa perkiraan bahwa masjid sultan ternate baru dibangun pada awal abad ke 17 tidak memiliki alas an yang cukup kuat. Masjid sultan ternate dibangun didekat kadaton sultan ternate, tepatnya sekitar 100 meter sebelah kadaton.
Masjid kesultanan ternate dilindungi undang-undang benda cagar budaya no 5 tahun 1992. Barangsiapa yang sengaja merusak dan merubah bentuk benda cagar budaya dikenai sanksi pidana sesuai pasal 26 dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi Maluku Utara.
Ada beberapa imam yang setia memimpin Ibadah di Mesjid yang di nama SIGI LAMO ini yang artinya Mesjid yang besar, di antaranya Imam Jiko (Hj. Bakar), Imam Jawa (Hj. MAsbuk), Imam Sangaji (Hj.Deka), Imam Moti (Hj.Sadiq). Mereka memakai system shif per minggunya mulai dari Jumat-jumat nya lagi, Di mesjid ini Sultan biasanya bersholat tetapi dengan tempatnya sendiri yang bdi tutupi menggunkan kain putih yang merupakan lambing kesucian. Kami pun bertanya soal benda-benda yang menghiasa Mesjid yang berdinding hijau ini, 5 tempayang yang ada di depan merupakan lambang sholat 5 waktu, lantai dasar yang terbuat dari tanah liat dan terlihat sangat bersih, Mesjid ini mempunyai cleaning service yang di upahi 2 juta rupiah per bulan, dan halamannya biasanya di bersihkan oleh remaja mesjid. Ketika kami masuk tadi kami melihat papan nama yang mengklaim mesjid ini ada cagar budaya dan bertanda dari Dinas Pariwisata Kota Ternate, tetapi ketika kami berbinncang Hj.naser ternyata tidak ada perhatian dari DInas Pariwisata terhadap Mesjid Kesulatan, semua di tanggung oleh pihak kesultanan, Apakah sudah benar jika Dinas Pariwisata menulis nama mereka di salah satu papan itu ? Ataukah ? . Hj. Naser sendiri tertawa ketika kami menyinggung soal Dinas Pariwisata, beliau juga mengatakan Dinas pariwisata tidak pernah datang dan melihat. Biaya lampu di dapatkan dari kotak amal yang ada dalam mesjid itu sendiri. Hj. Naser juga bercerita soal beberapa kejadian gaib yang terjadi di Mesjid ini ada yang membantu mengecat, para arwah nenek moyang yang datang sholat di malam jumat dan hari jumat, dan ada beberapa kejadian lagi.
Menarik, Dari cerita Mesjid kesultanan ini berbanding terbalik dengan Fort Orange yang biasa disebut dengan bentang Oranye oleh masyarakat sekitar, kami memasuki arel ini yang di sambut dengan warna orange khas akan taman di Fort Orange berdiri di atas luass tanah 12,68 m2, benteng ini berbentuk trapezium dengan ukuran 180 m X 165 m, mempunyai empat buah bastiong pada setiap sudutnya memiliki tembok tembong dengan ketingian sekitar 5 m dan kemiringan 40, ketebalan tembok luar bangunan sekitar 1 m. temik ketebalan benteng bagian dalam adalah 0,75 m diatas tembok benteng terdapat rampart atau jalan keliling yang menghubungkan ke 4 bastion ke tiap sudtnya. Rampart ini berada pada ketinggian sekitar 3,5 m dari tanah dan mempunyai jarak sekitar 1,1 m dari ketinggian tembik dinding pada ke 2 sudut bagian dalam dari bastion yang terletek disisi barat laut dan timur terdapat ram berukuran 15m X 3m, menuju kebagian atas bastion. Ada juga beberapa rumah yang pernah di huni oleh para jendral belanda, yang uniknya atapnya terbuat dari kayu. Ada lonceng yang konon katanya tak asli lagi, yang asli terdapat di Gereja Santo Wilibrodus, Tapi kebenarannya masih simpang siur karena tak satupun orang yang ada disekitar tempat ini yang mengetahuinya.
Yang kami datangi tadi tidak ada pengunjung dan pengelolah benteng. Lingkungan dalam benteng lumayan bersih tetapi pas kami melihat didalam ruangan benteng atau juga biasa disebut penjara/tahanan ruangnya itu kotor sekali, dan ada yang peduli untuk membersikan tempat tersebut padahal Dinas Pariwisata berkantor di situ. Didalam benteng ada juga terdapat Musallah dan tempat peninggalan sejarah, tetapi kami tidak bisa masuk kedalamnya karena tidak ada penjaganya. Pengunjung masuk hanya pada jam kantor dinas pariwisata, setelah kami keluar dari benteng kami melihat-lihat sekitar taman Fort Orange yang di renovasi pada tahun 2014 ini, ibaratkan sebuah rumaqh yang tak di urus, rumput di sekeliling sudah meninggi dan tak di pangkas, paving lantai yang sudah rusak serta sambah yang menumpuk di sana-sini, padahal awalnya taman ini sangat bersih dan diperhatikan piihak perintah, bak sampah yang tidak memadai dan kurangnya kesadaran massyarakat yang mengunjung membuat taman ini terlihat berantakan.
Pemerintah ,, dimana kalian ? Tak Lihatkah kalian dengan kami yang berdiri kokoh disini ?

SALAM DARI KAMI YANG PEDULI SEJARAH



Tidak ada komentar:

Posting Komentar