Senin, 25 Juli 2016

Pelepasan Mahasiswa Kubermas Universitas Khairun Tahap I Tahun 2016 oleh Walikota Ternate



"Pelepasan peserta Kubermas Universitas Khairun di Kota Ternate"

( By : Inggrith Pusung )


Ratusan mahasiswa Universitas Khairun memadati lingkungan kantor Walikota Ternate (senin, 25/07/2016) pukul 09:00 WIT dalam rangka menghadiri acara penerimaan mahasiswa Kuliah Berkarya Bermasyarakat (Kubermas) Universitas Khairun Ternate oleh Walikota Ternate dan pelepasan dari Walikota ke masing-masing kelurahan.

Kubermas tahap I Universitas Khairun pada tahun 2016 ini tercatat sebagai peserta  terbanyak selama pelaksanaan Kubermas yaitu 1.185 orang yang tersebar beberapa kabupaten kota yaitu Kabupaten Halmaherah barat, Kabupaten Halmahera selatan, Kabupaten Halmahera utara dan Kota Ternate salah satunya. Untuk wilayah Kota Ternate tersebar dalam empat kecamatan dengan jumlah peserta Kubermas sebanyak 500 orang yaitu kecamatan Ternate utara, Ternate tengah , Ternate selatan dan Ternate pulau. 

Dalam kesempatan ini sambutan rektor Universitas Khairun Ternate yang diwakili oleh wakil rektor I bapak Dr. M.Ridha Adjam,S.H.,M.Hum menegaskan dalam sambutannya bahwa Kubermas terkait dengan tematik tentunya mahasiswa harus betul-betul mengsinkronisasikan semua program yang disusun  dengan program pemerintah di kelurahan masing-masing agar bisa berjalan dengan baik. Juga dalam pembelajaran tematik ini tentunya berkaitan erat dengan pembentukan karakter atau revolusi mental yang menjadi program presiden saat ini.

Dalam kesempatan yang sama juga bapak walikota Ternate Dr.Burhan Abdurrahman S.H.,M.M menyampaikan sambutan sekaligus menerima dan melepaskan 500 mahasiswa Universitas Khairun untuk melaksanakan Kubermas di tiap-tiap kelurahan masing-masing. “Saya harapkan adik-adik mahasiswa dapat membantu mewujudkan program pemerintah Ternate hijau dan Ternate sehat yang terbebas malaria pada 2019” tegasnya. 

Selesai acara pelepasan ini, para mahasiswa langsung menemui lura masing-masing untuk berbicara lebih lanjut mengenai pelaksanaan program Kubermas yang akan mulai dilaksanakan pada selasa dini hari sampai september mendatang.

Pentingnya Ayah dan Bunda terlibat dalam pendidikan anak


"Pentingnya Ayah dan Bunda terlibat dalam pendidikan Anak"

( Romyandra Arnyanyi )

Keluarga adalah tempat lahirnya benih generasi berkarakter dan sekolah adalah tempat tumbuh kembangnya generasi tersebut.

Ayah dan Bunda adalah mitra sejati bagi pendidik. Oleh karena itu, sejak tahun 2015 Kemendikbud berupaya membantu Ayah dan Bunda dengan khusus mendirikan Direktorat Pembinaan Pendidikan keluarga. Direktorat ini bertujuan mendukung kolaborasi yg aktif dan positif antara orangtua dan sekolah untuk menyukseskan dan menyelaraskan progam pendidikan yang dikembangkan sekolah, termasuk pendidikan budi pekerti anak-anak kita.

Peranan Ayah bunda dalam dunia pendidikan merupakan bagian yang tak terlepas dari tanggungjawab kita setiap hari. Peranan Ayah dan Bunda juga sangat penting jika anak memasuki jenjang masa Remaja pada jenjang SMP. Karena pada masa itu anak-anak berada pada tahap dan proses pencarian jati diri.

Menunurt Anies Baswedan (mentri Pendidikan dan kebudayaan). Mengasuh anak merupakan upaya yang penuh tantangan dan harapan bagi semua orangtua. Seiring dengan bertambahnya usia anak-anak kita, Ayah dan Bunda setia dalam mendampingi mereka agar menjadi sosok yang berbudi pekerti luhur dan berprestasi.

Prestasi yang dapat di raih oleh anak-anak merupakan kebanggaan Ayah dan Bunda. Dan kegagalan yang dapatkan oleh anak merupakan tugas dan tanggungjawab pendidik serta Ayah dan Bunda untuk mengevaluasi kembali apa yang kita berikan kepada anak.

Bagaimana memberi dukungan kepada anak.? Bagi saya ada 8 cara untuk memberi dukungan kepada anak diataranya sebagai berikut :
  1. Dukung kegiatan anak sepanjang positif.
  2. Beri keyakinan diri bahwa anak memiliki bakat dan berbagai keunggulan (potensi yang paling menonjol) tidak kalah dengan teman-teman sebayanya dalam dunia pendidikan.
  3. Memberikan perhatian pada hal yang di sukai anak, termasuk kegiatan sehari-hari, hobi, dan teman-teman dekat mereka.
  4. Mendukung anak dengan memuji usahanya, bukan hasilnya.
  5. Mendukung anak di berbagi situasi, termasuk saat anak berada pada situasi sulit. Misalnya ketika anak terjeret narkoba.
  6. Tidak memanjakan anak dengan pemberian hadiah yang berlebihan.
  7. Mendiskusikan secara wajar mengapa remaja mulai tertarik pada lawan jenis dan bagaimana adab bergaul dengan lawan jenis menurut ajaran agama.
  8. Mendiskusikan tenteng masa depan dan berbagai tantangan yang akan anak hadapi.
Semoga Ayah dan Bunda tetap bersemangat dalam membimbing anak-anak kita dengan penuh ketulusan, keikhlasan, dan rasa cinta.

Rabu, 13 Juli 2016

Kondisi Lingkungan Pantai Falajawa dan Taman Nukila




“KONDISI LINGKUNGAN TAMAN NUKILA DAN PANTAI FALAJAWA”



Kondisi pantai Falajawa banyak tumpukan sampah di laut dan sekitarnya. Pantauan  kami sabtu, 14/5/2016 tersedia papan larangan atau peringatan membuang sampah sembarangan. Pengunjung di pantai falajawa kurang karena suasana sangat panas, hal ini dipengaruhi minimnya pepohonan pada lingkungan sekitar pantai. Sebagian besar tempat duduk yang kena panas. Tempat sampah yang tersedia masih minim dan terlalu berjauhan, dan lainnya sudah rusak dan tidak terurus. Meskipun pantai kotor, banyak anak-anak yang mandi di pantai itu.
 Hal ini dikhawatirkan berdampak pada kondisi yang akan dialami anak-anak. Setelah kami konfirmasi dengan salah satu pengunjung, petugas kebersihan jarang datang. “pengelolah memang ada, namun mereka jarang datang” kata salah satu pengunjung. “tukang siram bunga lebih aktif” katanya lagi. Pemerintah kota harus lebih perhatikan untuk menjaga kebersihan kota, dengan memperketat pengawasan. Hal ini dipertegas oleh pengunjung lainnya dengan mengatakan “ bagi yang membuang sampah di laut harus diberi sanksi” selanjutnya katanya lagi “harus disiapkan cendramata yang merupakan khas daerah Maluku Utara, supaya dapat merangsang paraturismaupun pengunjung local. Dan toilet umum juga tidak tersedia, pengunjung pasti kesulitan ketika merasa buang air. Kami mengusahakan konfirmasi dengan pihak pengelolah namun mereka tidak beradadi tempat.
Hal yang berbedah dengan kondisi di taman Nukila. Pantauan kami hari ini (14/5) banyak pohon yang masih layak untuk berteduh, fasilitas yang tersedia adalah taman bermain untuk anak-anak, toilet umum, tempat duduk, tempat sampah. Setelah kami mewawancarai salah satu pengunjung, ia membenarkan kebersihan dilakukan secara rutin oleh petugas secara bergantian. “setiap saya dating disini, selalu ada petugas yang menyapu” kata seorang pengunjung. Namun sempat resah karena kondisi laut tidak bersih/banyak sampah yang berhamburan. Setelah kami konfirmasi dengan petugas kebersihan, mereka tidak mengetahui sebab adanya sampah di laut.
Setelah kami mewancarai seorang pengunjung Ravia Sri (47) katanya “sampah yang ada dilaut harus di bersihkan karena mengganggu aktifitas speed boad” lagi katanya “kurangnya kesadaran masyarakatk hususnya pengunjung”. Hal ini harus diseriusi pemerintah agar masalah sampah dapat teratasi. Hal yang sama juga disampaikan oleh orang tersebu tterkait dengan pengawasan taman Nukila, “orang yang membuang sampah di pantai harus diberi sanksi” katanya. Hal ini kami sudah mengusahakan konfirmasi dengan pihak pemerintah dalam hal ini dinas tatah kota dan lingkungan hidup Kota Ternate, namun mereka tidak ada di tempat.

Singkat cerita tentang sejarah Taman Nukila. Nukila atau Boki Rainha, istri Bayan Sirullah (Bayanullah Bolief), Sultan Ternate, tahun1500-1522.Saat Sultan Bayan wafat, dua putra mahkota pangeran Hidayat (Deyallo) dan pangeran Abu Hayat (Bohiyat) belum dewasa hingga Nukila diangkat sebagai mangkubumi (Ratu) untuk memimpin kesultanan Ternate. Nukila menggalang Bobato dan rakyat melawan Portugis yang mulai merongrong kedaulatan Ternate. Nukila adalah pejuang perempuan pertama Indonesia yang melawan imperialism abad ke-16, hingga diasingkan ke goa India. Nukila, putri Ibnu Mansur (Almansur), Sultan Tidore. Ini menunjukan keharmonisan kesultanan Ternate dan Tidore sebelum kedatangan bangsa-bangsa. Taman Nukila diresmikan oleh Wali Kota Ternate, DR. H. Burhan Abdurahman, SH. MM. di Ternate 30 November 2014.





TIM REDAKSI :
KETUA          : SAILI ODE BILI
REDAKTOR  : HELON SAUBAN
ANGGOTA    :  1.  MARLON BERIKANG
                          2.  TRIFONI LOLORIE
                          3.  JUFRI BAYAR



Workshop Jurnalisme Damai YAKOMA-PGI di Ternate


“Workshop Jurnalisme Damai”
YAKOMA-PGI di Ternate

(oleh : Inggrith Pusung)

Bagi sebagian orang, menulis itu hanya sekedar hobi, namun  sebagiannya lagi aktifitas menulius sudah menjadi sebuah profesi. Bahkan menjadi sumber penghasilan. Terlepas dari itu menulis menjadi sesuatu yang penting di zaman sekarang karena menulis adalah salah satu bentuk komunikasi bahasa verbal untuk menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain. Menanggapi akan pentingnya keterampilan menulis khsusnya bagi generasi muda saat ini, maka kembali lagi YAKOMA-PGI melaksanakan kegiatan Workshop Jurnalisme damai bersama pokja YAKOMA-PGI di wilayah Maluku Utara. Pagi itu sekitar pukul 09:30 lokakarya tersebut dibuka. Lokakarnya ini berlasung di kota Ternate tepatnya di gedung serbaguna Gereja Protestan Maluku (GPM) yang  dilaksanakan selama tiga hari (12-14 mei 2016) dengan melibatkan  peserta (25 orang) dari beberapa lembaga lintas iman diantaranya, mahasiswa Universitas Khairun (UNKHAIR), Universitas Muhamadiyah Maluku Utara (UMMU), Politeknik Sains Teknologi Wiralaba, pemuda GMIH, pemuda GKPMI, Himpunan Mahasiswa Kristen (HMK)-UMMU dan Persekutuan Mahasiswa Kristen UNKHAIR (PMK-U). Dalam pelatihan ini juga menghadirkan pemateri utama bapak P.Hasudungan Sirait yang biasa di sapa bang Has, juga ibu Rainy Hutabarat dan pak Agung  dari YAKOMA-PGI.

Kegiatan Hari Pertama Peserta diberikan pemahaman dalam memetahkan manfaat media sosial serta mengungkapkan kesulitan-kesulitan menulis dan mulai diajarkan cara menulis yang baik dengan cara menuliskan unsur-unsur  penting dalam sebuah berita, artikel maupun opini,  sampai dengan cara menemukan ide untuk mendeskripsikan suatu objek, membuat narasi, bahkan menggabungkan antara keduanya menjadi sebuah berita. Peserta juga diajarkan untuk berlatih mewawancarai teman sendiri dan juga diminta untuk bercerita tentang sosok yang dikagumi, benda yang dikagumi bahkan pengalaman yang tak terlupakan semua itu disusun dalam bentuk draf dan dipserentasikan oleh masing-masing peserta.

Kegiatan pada hari kedua dimulai pukul 10:00 WIT. Peserta mulai dibekali dengan beberapa materi diantaranya standar jurnalisme, teknik wawancara, gaya bahasa dan tulisan, cara agar tulisan hidup dan bertenaga serta lainnya. Pada sesi selanjutnya peserta diminta  juga membeda konstruksi bahasa koran lokal Malut post. Selanjutnya pukul 13:00 peserta diarahkan keluar gedung serganuna untuk mengamati lingkugan sekitar Gereja bahkan dalam ruangan gereja dan peserta diminta mendeskrisikan semua itu dalam satu bentuk berita.. Sebelum menutup pelatihan hari kedua peserta disberikan kesempatan film tentang bagaimana wartawan berjuang untuk mengungkapkan kebenaran ditengah ancaman apapun. Dari film ini juga kami mendapatkan banyak motivasi, bahwa untuk menjadi seorang wartawan hasil benar-benar mengungkapkan kejadian nyata yang mengntungkan banyak orang tanpa memanipulasi data. Dan semua itu tentunya butuh penjuangan.


Kegiatan hari ketiga dimulai pukul 09:00 WIT. Dalam hari terakhir pelatihan ini peserta di minta menuliskan tugas dan kewajiban seorang wartawan sebelum diketahui lebih lanjut tentang tugas wartawan,  belajar cara-cara mewawancarai narasumber, sampai pada merumuskan kode etik wartawan dalam masing-masing kelompok sebelum mengetahui lebih jauh tentang kode etik wartawan Indonesia. Pada penghujung lokakarya ini juga peserta terjung langsung ke lapangan untuk melihat dan menggali persoalan seputar lingkungan hidup, pariwisata dan juga persoalan ekonomi. Adapun tempat yang dikunjungi peserta yaitu untuk kelompok yang menggali persoalan tentang lingkungan hidup mengambil dua tempat yangakan dijadikan objek yaitu pantai Falajawa dan taman Nukila, untuk kelompok ekonomi mendatangi dua tempat yaitu pasar Gamalama dan Hypermart, disana kelompok ini mencari informasi seputar perbandingan harga, pelayanan, keadaan lingkungan dengan langsung mewawancarai beberapa orang penjual dan juga pembeli. Pada kelompok ketiga atau kelompok pariwisata mengambil dua tempat untuk dijadikan objek yaitu mesjid kesultanan Ternate dan benteng Fort Oranje dalam kelompok ini mereka mencoba menggali sejarah dua tempat ini dan juga persoalan minat pengunjung dengan mewawancarai penjaga Masjid Kesultanan Ternate dan juga tama Fort Oranje. Akhir dari observasi ini sendiri kemudian dibuat berita oleh masing-masing kelompok dan dipresentasikan. Sebelum kegiatan ini ditutup peserta juga diajarkan soal cara memotret atau mengambil gambar dengan baik.  Waktu menunjukan pukul 19:30 WIT yang artinya sudah malam, sebelum penutupan, perwakilan dari pesertapun menyampaikan beberapa rencana tindak lanjut dari pelatihan ini. diantaranya pembuatan website untuk pokja ini sendiri, keaktifan peserta untuk selalu mengirimkan tulisan yang akan dimuat di majala oikumenne dan pembuatan buletin yang akan diterbitkan setiap minggu di kampus-kampus yang ada di kota Ternate. Dengan satu harapan bahwa YAKOMA-PGI bisa mengawal baik RTL yang telah direncanakan itu. “Tetap bersama kami untuk melanjutkan cerita selanjutnya” tegas salah satu peserta lokakarya itu.

KERESAHAN AKIBAT AIR SALOBAR BAGI SEBAGIAN WARGA TERNATE



SALOBAR ITU DIBUAT PEMERINTAH

ASIN. Itulah satu kata yang dapat mewakili rasa air ditempat kami.
Sebelumnya perkenalkan, nama saya Yulinar Estevani Saleh, lebih akrabnya Saya dipanggil Yuli. saya kuliah di Univarsitas Khairun ternate, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan yang berada di Akehuda ternate Utara. Dan saya menyewa sebuah kamar kost di dekat kampus untuk saya tempati semasa kuliah saya.
Saya ingat waktu pertama saya tinggal di kosan saya, dan pada saat saya akan memasak nasi, nasi yang saya makan rasanya asin. Saya bertanya-tanya didalam hati kanapa rasanya begitu asin ? beras apa yag dikirim orang tua saya sehingga rasanya seperti ini ? sayapun berhenti makan dan membuang semua nasi di ricecooker saya karena takut keracunan. Kemudian karena saya masih sangat lapar, dan kebetulan saya orang baru dikosan itu jadi saya malu untuk meminta nasi dari teman-teman dikosan saya. Pikir saya, kami belum saling kenal. Tidak mungkin saya meminta nasi pada mereka. Jadi saya putuskan untuk membeli beras diwarung karena saya sudah tidak mau makan nasi dari beras kiriman orang tua saya. takut rasanya seperti tadi. Sepulang dari warung saya memasak nasi kembali dari beras yang saya beli tadi. Dan saya amat kaget karena ternyata rasanyapun sama seperti nasi yang sebelummya saya makan kemudian saya buang. ASIN LAGI. Saya berfikir lagi, kalau nasi dari beras yang saya beli inipun asin, berarti beras kiriman orang tuang tua saya belum tentu seperti yang saya pikirkan tadi. Dari sini saya menaruh perkiraan bahwa pasti ada yang salah. Tapi apa ? pikiran saya belum mengarah ke hal yang lain.  Nah, walaupun lapar. tetapi karena perasaan takut akan keracunan tadi masih ada, saya tinggalkan lagi makanan saya. saya putuskan untuk makan diwarung kampus ketika saya kuliah sebentar nanti.
Siang harinya saya mempersiapkan diri untuk pergi kekampus. Saya ambil handuk saya yang tergantung, dan menuju kekamar mandi. Katika akan menyikat gigi, saya amat kaget. Air yang saya pakai untuk kumur sangat asin. Seperti air garam saja. Saya pun teringat dengan nasi yang saya makan tadi. Dari situ saya menarik kesimpulan bahwa nasi saya asin karena pengaruh dari air. Bukan beras yang ada apap-apanya, melainkan air ditempat ini. Namun karena takut terlambat ke kampus, saya langsung saya meneruskan mandi saya. tidak peduli lagi dengan keadaan airnya. Selesai mandi saya kemudian mempersiapkan diri dan berangka kekampus. Herannya ditengah-tengah saya mempersiapkan diri badan saya terasa sangat gerah. Walaupun sehabis mandi tapi keringat bercucuran didahi saya. ada apalagi ini ? saya rasanya sama seperti sehabis mandi di pantai.

Pulang dari kampus, katika saya sampai dikosan dan akan menuju kekamar saya yang berada dipaling ujung, saya berpapasan dengan salah seorang wanita teman kos disamping kamar saya yang kemudian saya ketahui namanya Sil. Saling melempar senyum, sapaan, dan keakrabanpun terjadi dengannya. Berdasarkan informasi yang saya terima dari Sil bahwa air di ditempat ini salobar (asin). Kebetulan karena dia senior saya dan dia lebih lama tinggal di kosan ini jadi dia sudah lebih mengetahiu keadaan di tempat ini. Katanya, sudah setahun lebih lamanya air ditempat ini tidak dapat dikonsumsi. Hanya dipakai mencuci piring, mencuci baju, dan mandi. Siram tanaman saja layu. “kalo mo teru makanan, torang biasa pake aer gelon” akunya. (arti: kalau mau masak, kita biasanya memakai air dari dispenser). Mendengat itu saya Cuma bisa senyum masam. Orang kampung, anak kost, kekurangan uang, belum dapat kiriman, dan kalau setiap masak harus pakai air gelon, itu artinya harus mengeluarkan anggaran besar untuk beli air gelon. Namun begitulah nasip kami. Mau tidak mau kami harus menerimanya. Kalau tidak begitu, kami akan pakai air dimana lagi ? hanya itu satu-satunya cara kami.
Lambat laun saya mengetahui bahwa bukan hanya di tempat kami saja yang airnya seperti itu, melaikan di seluru derah bagian utara kota ternate ini. Bahkan ada yang lebih parah dari kami. Banyak yang sudah mengalami sakit, baik itu diare, gatal-gatal, dan lain sebagainya. Kebanyakan pada anak-anak. Kembali saya bertanya-tanya, kenapa pemerintah tidak mengambil langkah untuk mengatasi hal ini ? kenapa mereka membiarkan masyarakan menglami hal seperti ini ? mampukah mereka melihat rakyat mereka menderita ?
Baru-baru ini saya dan teman saya pergi jalan-jalan dengan sepeda motor. Ketika hampir dekat dengan kantor PDAM, seorang petugas memblokade jalan kami dan pengendara lain agar kami mengikuti jalan lain. Hal ini disebabkan karena sedang terjadi aksi demo dikantor PDAM yang dilaksanakan oleh mahasiswa beserta warga kelurahan dufa-dufa yang pasti nya sudah tak mampu lagi mengkonsumsi air salobar terus menerus. Ditengah perjalanan kami terdengan suara seorang wanita yang kebetulan sepeda motornya berjalan berseblahan dengan kami dan suara wanita itu sangat kencang sehingga terdengar hingga ketelinga saya “kase tinggal kasana dong demo. Lah aer tu dia sadap sadiki”. (arti: biarkan saya mereka demo, biar airnya enak).
Bukan hanya satu kali aksi demo yang dilakukan masyarakat. Sudah berulang-ulang kali. Bahkan ada satu waktu dimana masyarakat melakukan demonstasi yang mungkin karena dipicu oleh emosi, ada seorang warga masyarakat yang mengeluarkan umpatan kasar demiklian “bakar saja ni kantor. Setang deng ngoni” (arti: bakar saja kantornya. Setan kalian). Dan didepan gerbang kantor PDAM dipasang spanduk yang bertuliskan “ANDA MEMASUKI KAWASAN AIR SALOBAR”. Sayangnya sekarang spanduk itu sudah diturunkan.

Katanya warga tidak mendapatkan air bersih dikarenakan adanya produksi air kemasan Ino Oke Bahari Berkesan yang menyebabkan terjadi kerusakan pada sumber mata air dilingkungan Ake Galale. Hal itu perna disuaran oleh salah seorang pemimpin aksi massa demonstrasi sekaligus dosen saya, Sukarno Adam. Wow ! bapak buat saya bangga. Karena desakan dari pihak massa aksi yang mempertanyakan pihak-pihak terkait dibalik bisnis air kemasan tersebut, jadi mungkin karena kuatnya desakan dan garangnya wajah masyarakat, dengan terpaksanya Direktur PDAM kota ternate Syaiful Djafar dihadapan para aksi demo ia menegaskan bahwa “air kemasan Ino Oke adalah milik pemerintah kota Ternate” selasa (4/4/2016) lalu – malut post.

Namun sepertinya aksi demo yang dilakukan masyarakat dan mahasiswa waktu itu tidak membawa pengaruh sedikitpun. Hingga sekarangpun air masih asin saja, masih salobar saja, masih gerah saja sehabis mandi, dan masih tidak boleh diminum. Tidak ada sedikitpun perubahan yang terjadi. Seolah-olah demonstrasi yang dilakukan masyarkat itu dianggap angin lalu.
Dalam perihal ini, siapa yang harus kita salahkan ? perusahan Produksi Air kemasan Ino Oke Bahari Berkesankah ? pegawai PDAMkah ? masyarakat kah ? saya rasa masyarakat tidak punya andil dalam salobarnya air ini. Dan menurut saya yang patut disalahkan itu pihak pemerintah. Saya heran, pemerintah seolah tidak memikirkan nasip masyartakat. Bagaimana  bisa mereka membiarkan hal ini terjadi. Bahkan bisa dibilang mereka dalang dari semua ini. Naasnya untuk mendapat air bersih yang layak diminum, masyarakat harus membeli didepot air atau membeli air kemasan untuk minum bahkan menanak nasi. Seolah-olah pemerintah menjadikan masyarakat tumbal untuk bisnis mereka. Wow ! sangat tidak berperikemanusiaan.
Jadi disini saya sangat harpakan kepada pihak pemerintah bahwa “kembalikan hati kalian, tarukan masyarakat didepan bisnis, bukan bisnis didepan masyarakat, dan perbaiki keadaan air di daera kami. Lebih tepatnya keembalikan keadaan air kami seperti semulah. HARUS !



Oleh : Yulinar Estevani Saleh.