Sabtu, 17 September 2016

BERKELILING TANPA KENAL MALU


BERKELILING TANPA KENAL MALU



Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, pertumbuhan pendudukpun semakin pesat, dan hal itu tidak pernah luput diikuti oleh yang namanya KEBUTUHAN maupun KEINGINAN. Ya, kebutuhan penduduk itu sendiri. Kebutuhan dalam menitih jenjangnya kehidupan sehari-hari, Kebutuhan pribadi per pribadi, baik itu kebutuhan primer maupun hanya menjadi kebutuhan sampingan. 


Banyak orang berlombah-lombah dalam pencapaian diri masing-masing, pencapaian yang menjadi penopang dalam menjalankan yang dikehendaki setiap perorangan. Pencapaian yang akan menjadi pemuas jiwa setiap orang, dan pencapaian dimana setiap orang dapat terihat BISA.
Namun, berbeda dengan satu orang ini. Orang yang hanya bermodalkan nekat untuk melangkahkan kaki ketanah rantau, dengan tidak memperdulikan kerasnya hidup ditanah orang ia berjalan dan menitih kehidupannya. Ya, dia adalah Reza, seorang pemuda yang berasal dari desa Cimanggu, kec. Pelabuhanratu, kab.sukabumi, prov. Jawa barat, yang merantau di kota ternate, prov.maluku utara, demi mencari pengalaman kehidupan yang lebih bermakna.

Siang itu, Jumat, 16 September 2016 sekitar pukul 14 kurang, ketika saya dan teman-teman hendak mengobati kepenatan dalam aktivitas perkuliahan dengan jalan-jalan keterminal angkot di kelurahan gamalama, seraya sedikit mencicipi kuliner yang ada diareal terminal itu, dari mulai es cukur kacang, es cukur pisang ijo, pisang molen, tahu isi goreng, dan sampai pada pentolan.  yang mana penjualnya adalah pemuda yang bernama Reza tadi. Iseng-iseng kami bertanya tentang pribadinya. 

Dengan hanya mejadi seorang penjual pentolan keliling ia mencari uang untuk menafkahi kebutuhan ekonominya sehari-hari. Tanpa alat bantu apapun ia memikul kotak besar tempat ia menaruh segalah bahan penjualan pentolannya. Dengan keringat bercucuran didahinya menandahkan bahwa betapa pekerjaannya itu sangat menguras tenaga. Bayangkan bagaimana kelelahannya ia memikul gerobak pentolannya yang tanpa roda itu. Saya saja kalau menenteng tas ransel saya dalam (kurang lebih) dua jam, pundak saya serasa memar. Apalagi seorang Reza yang memikul kemana-mana gerobaknya itu. 
Pemuda dengan wajah khas Jawa, kulit sawo matang, dengan tinggi badan berkisar 152 cm itu kemana-mana menenteng gerobaknya tanpa kenal lelah, dengan semangat seorang mudah, ia memijakkan kaki, satu… dua… tiga… sampai langkah yang tak terhingga membawa kotak besar itu. Reza yang berumur 26 tahun, dimana pada umur seperti itu para pemuda biasanya menghabiskan masa muda dengan berfoya-foya, berhura-hura, pun melakukan kegiatan untuk kepuasan pribadi setiap orang muda, namun tidak halnya dengan orang muda yang satu ini. Reza manghabiskan hari-harinya dengan berkeliling kemana-mana menjual dagangannya.

Sebagai seorang anak buah dari pedagang pentolan, penghasilan perharinya (berkisar) Rp.250.000 dan uang itu disetor pada bosnya. Dan  iapun hanya mendapatkan 30% dari penghasilnnya itu. Dengan penghasilannya yang tidak seberapa, ia mampu melangsungkan kahidupannya dirantau orang.

Reza melangsungkan pendidikan hingga jenjang Sekolah Menengah Atas, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam. Seharusnya ia lebih memikirkan bagaimana melangsungkan pendidikannya di jenjang Perguruan Tinggi. Apalagi dia pernah bekerja dalam bidang photografer. Pengalaman seperti itu seharusnya mampu ia kembangkan dan dapat menjadikan penghasilan yang lebih dalam hidupnya. Namun kembali lagi pada realita yang terjadi saat ini, REZA HANYALAH SEORANG PENJUAL PENTOLAN. Sungguh sangat disayangkan hal itu bisa terjadi. Tidak ada kemauankah dia melanjutkan pendidikannya ? ataukah ada faktor lain ?

Anak muda yang bercita-cita, namun faktor lemahnya ekonomi menjadi pembatas dalam mengejar cita-citanya. “saya sebenarnya pengen jadi desiener. Cuma orang tua nggak mampu.” Ucap Reza waktu ditanya cita-citanya. Tujuan ia datang ke Ternate karena ingin mencari pengalaman kerja dibidang IT, khususnya desine photografi. Namun lagi-lagi sangat disayangkan, jalan hidup manusia tak  selalu berjalan mulus, kadang apa yang kita kehendaki tak seperti apa yang kita dapatkan. Reza adalah orang yang patut menjadi contoh untuk kaum mudah bahwa hidup tidak semuda kita membalikan telapak tangan. Jangan malu untuk melakukan suatu pekerjaan, sekeras apapun pekerjaan itu, selagi itu baik dan halal tentunya, lakukanlah !!!

Karena manisnya kehidupan memang sangat diinginkan kita sebagai manusia khususnya kaum muda, Namun kehidupan yang pahit itulah yang membawa kita ke jalur yang lebih indah lagi.

                       
 (Yulinar E. Saleh)
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar