“Workshop
Jurnalisme Damai”
YAKOMA-PGI
di Ternate
(oleh : Inggrith Pusung)
Bagi sebagian orang, menulis itu hanya sekedar hobi,
namun sebagiannya lagi aktifitas menulius
sudah menjadi sebuah profesi. Bahkan menjadi sumber penghasilan. Terlepas dari
itu menulis menjadi sesuatu yang penting di zaman sekarang karena menulis
adalah salah satu bentuk komunikasi bahasa verbal untuk menyampaikan gagasan
atau ide kepada orang lain. Menanggapi akan pentingnya keterampilan menulis khsusnya
bagi generasi muda saat ini, maka kembali lagi YAKOMA-PGI melaksanakan kegiatan
Workshop Jurnalisme damai bersama pokja YAKOMA-PGI di wilayah Maluku Utara. Pagi
itu sekitar pukul 09:30 lokakarya tersebut dibuka. Lokakarnya ini berlasung di
kota Ternate tepatnya di gedung serbaguna Gereja Protestan Maluku (GPM) yang dilaksanakan selama tiga hari (12-14 mei 2016)
dengan melibatkan peserta (25 orang)
dari beberapa lembaga lintas iman diantaranya, mahasiswa Universitas Khairun
(UNKHAIR), Universitas Muhamadiyah Maluku Utara (UMMU), Politeknik Sains
Teknologi Wiralaba, pemuda GMIH, pemuda GKPMI, Himpunan Mahasiswa Kristen (HMK)-UMMU dan Persekutuan Mahasiswa Kristen UNKHAIR (PMK-U). Dalam
pelatihan ini juga menghadirkan pemateri utama bapak P.Hasudungan Sirait yang
biasa di sapa bang Has, juga ibu Rainy Hutabarat dan pak Agung dari YAKOMA-PGI.
Kegiatan
Hari Pertama Peserta diberikan pemahaman dalam memetahkan manfaat media sosial
serta mengungkapkan kesulitan-kesulitan menulis dan mulai diajarkan cara
menulis yang baik dengan cara menuliskan unsur-unsur penting dalam sebuah berita, artikel maupun
opini, sampai dengan cara menemukan ide
untuk mendeskripsikan suatu objek, membuat narasi, bahkan menggabungkan antara
keduanya menjadi sebuah berita. Peserta juga diajarkan untuk berlatih
mewawancarai teman sendiri dan juga diminta untuk bercerita tentang sosok yang
dikagumi, benda yang dikagumi bahkan pengalaman yang tak terlupakan semua itu
disusun dalam bentuk draf dan dipserentasikan oleh masing-masing peserta.
Kegiatan pada hari kedua dimulai pukul 10:00 WIT. Peserta mulai dibekali dengan beberapa materi diantaranya standar jurnalisme, teknik wawancara, gaya bahasa dan tulisan, cara agar tulisan hidup dan bertenaga serta lainnya. Pada sesi selanjutnya peserta diminta juga membeda konstruksi bahasa koran lokal Malut post. Selanjutnya pukul 13:00 peserta diarahkan keluar gedung serganuna untuk mengamati lingkugan sekitar Gereja bahkan dalam ruangan gereja dan peserta diminta mendeskrisikan semua itu dalam satu bentuk berita.. Sebelum menutup pelatihan hari kedua peserta disberikan kesempatan film tentang bagaimana wartawan berjuang untuk mengungkapkan kebenaran ditengah ancaman apapun. Dari film ini juga kami mendapatkan banyak motivasi, bahwa untuk menjadi seorang wartawan hasil benar-benar mengungkapkan kejadian nyata yang mengntungkan banyak orang tanpa memanipulasi data. Dan semua itu tentunya butuh penjuangan.
Kegiatan hari ketiga dimulai pukul 09:00 WIT. Dalam
hari terakhir pelatihan ini peserta di minta menuliskan tugas dan kewajiban
seorang wartawan sebelum diketahui lebih lanjut tentang tugas wartawan, belajar cara-cara mewawancarai narasumber,
sampai pada merumuskan kode etik wartawan dalam masing-masing kelompok sebelum
mengetahui lebih jauh tentang kode etik wartawan Indonesia. Pada penghujung
lokakarya ini juga peserta terjung langsung ke lapangan untuk melihat dan
menggali persoalan seputar lingkungan hidup, pariwisata dan juga persoalan
ekonomi. Adapun tempat yang dikunjungi peserta yaitu untuk kelompok yang
menggali persoalan tentang lingkungan hidup mengambil dua tempat yangakan
dijadikan objek yaitu pantai Falajawa dan taman Nukila, untuk kelompok ekonomi
mendatangi dua tempat yaitu pasar Gamalama dan Hypermart, disana kelompok ini
mencari informasi seputar perbandingan harga, pelayanan, keadaan lingkungan
dengan langsung mewawancarai beberapa orang penjual dan juga pembeli. Pada
kelompok ketiga atau kelompok pariwisata mengambil dua tempat untuk dijadikan
objek yaitu mesjid kesultanan Ternate dan benteng Fort Oranje dalam kelompok
ini mereka mencoba menggali sejarah dua tempat ini dan juga persoalan minat
pengunjung dengan mewawancarai penjaga Masjid Kesultanan Ternate dan juga tama
Fort Oranje. Akhir dari observasi ini sendiri kemudian dibuat berita oleh
masing-masing kelompok dan dipresentasikan. Sebelum kegiatan ini ditutup
peserta juga diajarkan soal cara memotret atau mengambil gambar dengan baik. Waktu menunjukan pukul 19:30 WIT yang artinya
sudah malam, sebelum penutupan, perwakilan dari pesertapun menyampaikan
beberapa rencana tindak lanjut dari pelatihan ini. diantaranya pembuatan
website untuk pokja ini sendiri, keaktifan peserta untuk selalu mengirimkan
tulisan yang akan dimuat di majala oikumenne dan pembuatan buletin yang akan
diterbitkan setiap minggu di kampus-kampus yang ada di kota Ternate. Dengan
satu harapan bahwa YAKOMA-PGI bisa mengawal baik RTL yang telah direncanakan
itu. “Tetap bersama kami untuk melanjutkan cerita selanjutnya” tegas salah satu
peserta lokakarya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar