BENTENG
KASTELA DI KOTA TERNATE
Mentari yang mulai
malu-malu menunjukan wajahnya dan perlahan-lahan mulai terbenam. Hal itu tidak
menyurutkan semangat saya bersama teman saya untuk berjalan menelusuri kota Ternate dari kelurahan
tanah tinggi ke kelurahan kastela di Ternate utara yang kami tempuh
mengguanakan sepeda motor sekitar 30 menit dari pusat kota. Yah itulah
kelurahan kastela, kelurahan yang menjadi tempat tujuan kami sore ini (selasa
mei 2016), rasa tertarik dengan carita orang soal benteng kastela salah satu
benteng peninggalan sejarah. Rasa semangat yang sangat tinggi semakin
beretambah ketika saya sampai dipintu gerbang benteng ini. ada rasa bangga
dengan keberadaan bangunan penuh sejarah ini di kota Ternate.
Sekilas tentang sejarah benteng
kastela yang saya tau, Benteng Kastela adalah benteng
peninggalan Portugis yang dikenal juga dengan nama Benteng Gamlamo. Benteng
Kastela terletak di Jalan Raya Benteng Kastela Santo Paulo, Desa Kastela,
Kecamatan Pulau Ternate, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Lokasi benteng
ini berada di sebelah utara kawasan wisata Pantai Kastela.
Pintu gerbang benteng Kastela |
Menurut catatan
sejarah, setelah Malaka ditaklukkan oleh Portugis pada tahun 1511, Laksamana
Alfonso d’Alburquerque mengirim Antonio de Abreu dan Francisco Serrao dengan
armada yang terdiri dari tiga kapal ke Maluku pada Desember 1511. Dalam bulan
Januari 1512, mereka tiba di Banda. Setelah beberapa waktu di Ambon, karena
mengalami naas dengan karamnya kapal yang ditumpangi, kemudian Serrao dijemput
utusan Sultan Ternate dan dibawa ke Ternate pada awal 1512.
Kedatangan Francisco
Serrao di Ternate adalah kedatangan seorang pejabat pertama Eropa dalam hal ini
Portugis dari sebuah program eksplorasi penguasa Portugis yang ambisius dan
telah dimulai sejak pertengahan abad ke-15. Ekspansi Portugis ke Maluku dalam
rangka menemukan Kepulauan Rempah-Rempah (the spice islands). Mereka
seolah-olah berjudi dengan nasib dan mempertaruhkan segalanya dalam upaya
memperoleh monopoli perniagaan rempah-rempah yang kala itu menjadi komoditas
mewah di pasaran Eropa yang menjanjikan keuntungan yang fantastis. Kemudian
mereka mempertahankannya dengan segala daya dan upaya, baik politik, ekonomi,
maupun kekuatan militer sekalipun.
Francisco Serrao adalah
seorang fungsionaris Portugis pertama yang berhasil merundingkan hak-hak
monopoli negerinya atas perdagangan rempah-rempah dan hak eksklusif pendirian
benteng Portugis di Gamlamo dengan SultanTernate, Sultan Bayanullah (Boleif).
Akhirnya, pada tahun
1520, Raja Portugis, Don Manuel, mengirim Jorge de Brito untuk membangun
benteng Portugis di Gamlamo, Ternate, dan menunjuk adik Jorge de Brito, yaitu
Antonio de Brito, sebagai komandan benteng tersebut. Benteng yang dibangun
Portugis itu diberi nama Nostra Senhora de Rosario (Wanita Cantik Berkalung
Bunga Mawar), tetapi lebih dikenal sebagai benteng Gamlamo oleh penduduk lokal,
dan sekarang berubah nama menjadi benteng Kastela karena lokasinya yang berada
di Desa Kastela.
Benteng Kastela ini
dibangun oleh Portugis secara bertahap selama kurun waktu kurang lebih 20
tahun. Setelah menyelesaikan pembangunan benteng ini pada tahap awal, pada
tahun 1521 Jorge de Brito kembali ke Goa (India Barat) namun belum sampai di
sana ia telah tewas dalam salah satu pertempuran di Aceh. Kemudian dilanjutkan
oleh Garcia Henriquez pada tahun 1525, pada tahun 1530 giliran Gonsalo Pereira
yang melanjutkan pembangunan, hingga pada tahun 1540 benteng ini dirampungkan
oleh Jorge de Castro.
Hingga 1569, benteng
Gamlamo merupakan satu-satunya benteng yang berdiri di luar Malaka. Setelah
itu, baru dibangun benteng-benteng yang lain di Ambon, Jailolo, Moro (Tolo dan
Samafo), Banda dan Makassar. Tetapi, benteng-benteng yang dibangun belakangan
itu lebih mirip rumah kembar ketimbang benteng yang sesungguhnya. Pada benteng
tersebut tidak terdapat seorang kapten yang diangkat Raja Portugis, seperti
pada benteng Gamlamo di Ternate.
Pada tanggal 27
Februari 1570, terjadi peristiwa pembunuhan Sultan Khairun Jamil dengan keji di
benteng ini oleh Antonio Pimental atas perintah Diego Lopez de Mesquita,
Gubernur Portugis ke-18, melalui tipu daya dan muslihat.
Babullah, pewaris tahta
Kesultanan Ternate, menuntut agar Diego Lopez de Mesquita diajukan ke
pengadilan dan dihukum atas kejahatan pembunuhan. Ketika tuntutan ini ditolak,
Babullah dan rakyat Ternate mengepung benteng Gamlamo selama 4 tahun
(1574-1578) dan mengultimatum agar Portugis segera hengkang dari Ternate. Dalam
kondisi yang seperti itu, mulailah evakuasi besar-besaran orang Portugis dari
Ternate, mula-mula ke Tidore sebagai tempat transit, dan kemudian ke Goa.
Ketika bala bantuan Portugis dari Goa dan Malaka tiba, keadaan sudah terlambat.
Pimpinan armada Portugis hanya dapat menyaksikan puing-puing kekuasaan Portugis
di Ternate. Gubernur berikut perangkatnya, misionaris dan orang-orang Portugis
lainnya telah meninggalkan Ternate dengan meratapi kekalahan dan masa lampau
mereka yang penuh kekerasan, arogansi dan pertumpahan darah. Mereka pergi
dengan membawa serta kenangan buruk yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya
bahwa mereka harus menghadapi akhir kekuasaannya secara menyedihkan.
Pada tahun 1606,
Gubernur Spanyol Don Pedro da Cunha menyerbu dan menguasai benteng ini. Namun,
sejak VOC melancarkan kegiatan niaganya secara intens, Spanyol ternyata tidak
mampu bersaing dengannya dan hanya mampu bertahan karena kemurahan hati para
Gubernur Belanda yang ada di Ternate. Oleh sebab itu, pada 1662 otoritas
Spanyol di Manila memutuskan menutup garnisunnya di Maluku dan menarik kembali
pasukan-pasukannya dari Maluku untuk menghadapi penyerbuan besar-besaran bajak
laut Tiongkok yang akan mengambil alih Manila. Pada 1663, penarikan pasukan
Spanyol dari Maluku dimulai, dan sebelum diberangkatkan ke Manila, pasukan
Spanyol sempat membumihanguskan benteng Gamlamo agar tak direbut oleh Belanda.
Benteng Kastela ini
memiliki lahan seluas 2.724 m² dengan bentuk persegi empat, dan tersusun dari
batu gunung dan batu kapur. Bagian-bagian benteng Kastela yang sekarang masih
bisa diidentifikasi hanyalah bastion dan menaranya saja, sedangkan sisanya
hanya berupa reruntuhan. Kendati demikian, benteng pertama peninggalan Portugis
ini masih memperlihatkan sisa kemegahannya di atas puing-puing yang ada.
.
(oleh : Inggrith
Pusung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar