Sejarah Negeriku Yang Tak DiPerhatikan !!!
Asalamualaikum, kami menyapa para bapak-bapak yang
duduk di emperan Mesjid Kesultanan ini, dengan wajah yg sudah basah karena air
wuduh mereka membalas salam kami tanpa menyalami tapi dengan senyum yang manis
kami tau mereka menerima kedatangan kami, Waktu menunjukan (12.30 WIT)
menandakan mereka akan melaksanakan sholat dzuhur, kami memberitahukan maksud
kedatangan kami, tapi mereka mau sholat kami di persilahkan untuk melihat-lihat
sekeliling Mesjid Kesultanan, di depan mesjid sultan ada sebuah menara orang
ternate biasa bilang falajawa, di samping kiri masjid ada tempat sholat khusus
wanita, karena wanita tidak bisa masuk sholat kedalam mesjid kesultanan karena
pada zaman dahulu ada seorang istri nabi yang sholat dan pinggangnya di cubit
oleh seorang pria tak di kenal sehingga Mesjid Kesultanan menerapkan peraturan
ini agar tidak terjadi pelecehan dan datang bulan yang datang tiba-tiba di kala
shlat, selain itu juga di samping kanan ada juga sebuah bangunan, bangunan itu
di pakai buat tempat pengajian di muka tempat pengajian ada kolam itu bukan
kolam ikan tetapi dulunya itu tempat pengambilan air wuduh, tetapi sekrang
kolam itu sudah rusak, dan tidak terpakai lagi, rencana meraka ingin
memperbaiki kolam tersebut agar bisa mengambil air wuduhnya di situ, di depan
mesjid kesultanan juga ada terdapat dua beduk letaknya di samping kiri jalan
masuk, beduk yang d bagian kiri itu beduk sudah lama sedangkan beduk yang di
sampingnya itu beduk baru, beduk baru itu berasal dari mojokerto,beduk itu di berikah
oleh seorang pengusaha di mojokerto, di samping kanan mesjid kesultanan juga
ada sumur tetapi airnya sudah kering, di smping kiri ada juga bak penampungan
air bersih buat wuduh juga, ada juga sumur yang di dalamnya masih ada air yang
masi bersih dan yang digunakan oleh para umat untuk mangambil wuduh, di
belakang mesjid sultan ada terdapat 6 makam kuburan, kuburan ini adalah kuburan
keturunan Kesultan, Yang pertama ada kubur Sultan Mudafar Syah yang Meninggal
Tahun 2015, di sebelahnya Ada kakaknya bernama Jurimi, Ada juga Kuburan yang
sudah di buat rumahnya disitu di makamkan Ayah mendiang Sultan Mudafar Syah,
dan Adiknya bernama Hamid, Di sebelah lagi hanya di batasi dengan tembok
sebatas lutut orang dewasa disitu dimakamkan Sultan Safrudin dan Jamal Lu Lail
uniknya beliau ini adalah orang mekah, karena hanya beliau menafsir kiblat yang
ada di kesultanan ini salah dan ketika mereka melihat memakai bambu ternyata
itu benar, sehingga beliau berada di Ternate hingga meninggal, Di Mesjid ini
juga terdapat mes para penjaga mesjid ini, kami tertarik dengan 5 tempayang
yang ada di depan mesjid 3 di kiri dan 2 di kanan, dan kenapa juga lantainya
berwarna merah dan Keaslian dan interior mesjid itu masih sangat terjaga juga
sangat bersih .
Dan jika kita melangkahkan kaki kedalam masjid itu,
maka kita pasti akan langsung melihat gubah dan mimbar yang berdiri lurus tepat
didepan pintu masuk masjid. Udara didalam masjid terasa begitu sejuk karena
bangunan dari masjid itu sebagian besarnya terbuat dari kayu. Didalam masjid
itu terdapat terdapat 16 tiang besar yang menyangga bangunan tersebut, ada juga
kipas angin yang berjumlah 5, lampion yang berjumlah 31, kotak amal 2, serta
lemari yang birisi buku-buku religidan kitab suci Alquran. Warna yang
mendominasi didalam masjid adalah warna hijau. Adapaun lantai dari dalam
bangunan masjid berwarna merah, serta membentuk garis lurus, pintunya berwarna
hijau-kuning dan texture dari lantai
serta didinding begitu halus, dan membentuk pola yang berulang-ulang,
Setelah selesai sholat dzuhur kami di panggi oleh
salah satu penjaga mesjid itu, kira-kira dia berumur 19 tahun, seorang anak
muda yang sudah mengabdi di mesjid ini merupakan mahasiswa semester 2 di salah
satu Universitas di Ternate, Kami di panggilnya masuk dan lucunya kami yang
perempuan hanya bisa sampai pada batas pintunya saja, kami di sambut oleh
seorang tetuah yang ada disitu namanya Hj.Naser beliau sudah hidup di
Kesultanan ternate selama 20 tahun, kami menyalami dan berkenalan dengan
beliau, kami pun mulai berbincang-bincang dengannya. Menurut sejarah, Mesjid
kesultanan ternate telah dirintis oleh masa sultan Jaenal Abidin, namun ada
juga yang beranggapan bahwa pendirian masjid sultan baru dilakukan awal abad ke
17, yaitu sekitar tahun 1606 saat berkuasanya sultan Saidi Barakati. Hingga
sekarang, belum ditemukan angka valid sejak kapan sebetulnya masjid sultan
ternate didirikan. Akan tetapi, melihat kenyataan sejarah, sebelum sultan Saidi
Barakati naik tahta, kesultanan ternate telah mengalami kemajuan yang sangat
pesat, baik dibidang keagamaan, ekonomi maupun angkatan perang. Perjuangan
sultan khairun (1534-1570) yang diteruskan yaitu sultan Babulah (1570-1583)
untuk mengusir pasukan portugis, misalnya, menjadi salah satu fase kegemilangan
kesultanan ternate sekitar setengah abad sebelum berkuasanya sultan Saidi
barakati. Sehingaa perkiraan bahwa masjid sultan ternate baru dibangun pada
awal abad ke 17 tidak memiliki alas an yang cukup kuat. Masjid sultan ternate
dibangun didekat kadaton sultan ternate, tepatnya sekitar 100 meter sebelah
kadaton.
Masjid kesultanan ternate dilindungi undang-undang
benda cagar budaya no 5 tahun 1992. Barangsiapa yang sengaja merusak dan
merubah bentuk benda cagar budaya dikenai sanksi pidana sesuai pasal 26 dinas
kebudayaan dan pariwisata provinsi Maluku Utara.
Ada beberapa imam yang setia memimpin Ibadah di
Mesjid yang di nama SIGI LAMO ini yang artinya Mesjid yang besar, di antaranya
Imam Jiko (Hj. Bakar), Imam Jawa (Hj. MAsbuk), Imam Sangaji (Hj.Deka), Imam
Moti (Hj.Sadiq). Mereka memakai system shif per minggunya mulai dari
Jumat-jumat nya lagi, Di mesjid ini Sultan biasanya bersholat tetapi dengan
tempatnya sendiri yang bdi tutupi menggunkan kain putih yang merupakan lambing
kesucian. Kami pun bertanya soal benda-benda yang menghiasa Mesjid yang
berdinding hijau ini, 5 tempayang yang ada di depan merupakan lambang sholat 5
waktu, lantai dasar yang terbuat dari tanah liat dan terlihat sangat bersih,
Mesjid ini mempunyai cleaning service yang di upahi 2 juta rupiah per bulan,
dan halamannya biasanya di bersihkan oleh remaja mesjid. Ketika kami masuk tadi
kami melihat papan nama yang mengklaim mesjid ini ada cagar budaya dan bertanda
dari Dinas Pariwisata Kota Ternate, tetapi ketika kami berbinncang Hj.naser
ternyata tidak ada perhatian dari DInas Pariwisata terhadap Mesjid Kesulatan,
semua di tanggung oleh pihak kesultanan, Apakah sudah benar jika Dinas
Pariwisata menulis nama mereka di salah satu papan itu ? Ataukah ? . Hj. Naser
sendiri tertawa ketika kami menyinggung soal Dinas Pariwisata, beliau juga
mengatakan Dinas pariwisata tidak pernah datang dan melihat. Biaya lampu di
dapatkan dari kotak amal yang ada dalam mesjid itu sendiri. Hj. Naser juga
bercerita soal beberapa kejadian gaib yang terjadi di Mesjid ini ada yang
membantu mengecat, para arwah nenek moyang yang datang sholat di malam jumat
dan hari jumat, dan ada beberapa kejadian lagi.
Menarik, Dari cerita Mesjid kesultanan ini
berbanding terbalik dengan Fort Orange yang biasa disebut dengan bentang Oranye
oleh masyarakat sekitar, kami memasuki arel ini yang di sambut dengan warna
orange khas akan taman di Fort Orange berdiri di atas luass tanah 12,68 m2,
benteng ini berbentuk trapezium dengan ukuran 180 m X 165 m, mempunyai empat
buah bastiong pada setiap sudutnya memiliki tembok tembong dengan ketingian
sekitar 5 m dan kemiringan 40, ketebalan tembok luar bangunan
sekitar 1 m. temik ketebalan benteng bagian dalam adalah 0,75 m diatas tembok
benteng terdapat rampart atau jalan keliling yang menghubungkan ke 4 bastion ke
tiap sudtnya. Rampart ini berada pada ketinggian sekitar 3,5 m dari tanah dan
mempunyai jarak sekitar 1,1 m dari ketinggian tembik dinding pada ke 2 sudut
bagian dalam dari bastion yang terletek disisi barat laut dan timur terdapat
ram berukuran 15m X 3m, menuju kebagian atas bastion. Ada juga beberapa rumah
yang pernah di huni oleh para jendral belanda, yang uniknya atapnya terbuat
dari kayu. Ada lonceng yang konon katanya tak asli lagi, yang asli terdapat di
Gereja Santo Wilibrodus, Tapi kebenarannya masih simpang siur karena tak
satupun orang yang ada disekitar tempat ini yang mengetahuinya.
Yang kami datangi tadi tidak ada pengunjung dan
pengelolah benteng. Lingkungan dalam benteng lumayan bersih tetapi pas kami
melihat didalam ruangan benteng atau juga biasa disebut penjara/tahanan
ruangnya itu kotor sekali, dan ada yang peduli untuk membersikan tempat
tersebut padahal Dinas Pariwisata berkantor di situ. Didalam benteng ada juga
terdapat Musallah dan tempat peninggalan sejarah, tetapi kami tidak bisa masuk
kedalamnya karena tidak ada penjaganya. Pengunjung masuk hanya pada jam kantor
dinas pariwisata, setelah kami keluar dari benteng kami melihat-lihat sekitar
taman Fort Orange yang di renovasi pada tahun 2014 ini, ibaratkan sebuah rumaqh
yang tak di urus, rumput di sekeliling sudah meninggi dan tak di pangkas,
paving lantai yang sudah rusak serta sambah yang menumpuk di sana-sini, padahal
awalnya taman ini sangat bersih dan diperhatikan piihak perintah, bak sampah
yang tidak memadai dan kurangnya kesadaran massyarakat yang mengunjung membuat
taman ini terlihat berantakan.
Pemerintah ,, dimana kalian ? Tak Lihatkah kalian
dengan kami yang berdiri kokoh disini ?
SALAM DARI KAMI YANG PEDULI SEJARAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar