SALOBAR ITU DIBUAT PEMERINTAH
ASIN. Itulah satu kata yang dapat
mewakili rasa air ditempat kami.
Sebelumnya perkenalkan, nama saya
Yulinar Estevani Saleh, lebih akrabnya Saya dipanggil Yuli. saya kuliah di
Univarsitas Khairun ternate, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan yang berada
di Akehuda ternate Utara. Dan saya menyewa sebuah kamar kost di dekat kampus
untuk saya tempati semasa kuliah saya.
Saya ingat waktu pertama saya
tinggal di kosan saya, dan pada saat saya akan memasak nasi, nasi yang saya makan
rasanya asin. Saya bertanya-tanya didalam hati kanapa rasanya begitu asin ?
beras apa yag dikirim orang tua saya sehingga rasanya seperti ini ? sayapun
berhenti makan dan membuang semua nasi di ricecooker saya karena takut
keracunan. Kemudian karena saya masih sangat lapar, dan kebetulan saya orang
baru dikosan itu jadi saya malu untuk meminta nasi dari teman-teman dikosan
saya. Pikir saya, kami belum saling kenal. Tidak mungkin saya meminta nasi pada
mereka. Jadi saya putuskan untuk membeli beras diwarung karena saya sudah tidak
mau makan nasi dari beras kiriman orang tua saya. takut rasanya seperti tadi.
Sepulang dari warung saya memasak nasi kembali dari beras yang saya beli tadi.
Dan saya amat kaget karena ternyata rasanyapun sama seperti nasi yang sebelummya
saya makan kemudian saya buang. ASIN LAGI. Saya berfikir lagi, kalau nasi dari
beras yang saya beli inipun asin, berarti beras kiriman orang tuang tua saya belum
tentu seperti yang saya pikirkan tadi. Dari sini saya menaruh perkiraan bahwa
pasti ada yang salah. Tapi apa ? pikiran saya belum mengarah ke hal yang lain. Nah, walaupun lapar. tetapi karena perasaan
takut akan keracunan tadi masih ada, saya tinggalkan lagi makanan saya. saya
putuskan untuk makan diwarung kampus ketika saya kuliah sebentar nanti.
Siang harinya saya mempersiapkan
diri untuk pergi kekampus. Saya ambil handuk saya yang tergantung, dan menuju
kekamar mandi. Katika akan menyikat gigi, saya amat kaget. Air yang saya pakai
untuk kumur sangat asin. Seperti air garam saja. Saya pun teringat dengan nasi
yang saya makan tadi. Dari situ saya menarik kesimpulan bahwa nasi saya asin
karena pengaruh dari air. Bukan beras yang ada apap-apanya, melainkan air
ditempat ini. Namun karena takut terlambat ke kampus, saya langsung saya
meneruskan mandi saya. tidak peduli lagi dengan keadaan airnya. Selesai mandi
saya kemudian mempersiapkan diri dan berangka kekampus. Herannya
ditengah-tengah saya mempersiapkan diri badan saya terasa sangat gerah.
Walaupun sehabis mandi tapi keringat bercucuran didahi saya. ada apalagi ini ?
saya rasanya sama seperti sehabis mandi di pantai.
Pulang dari kampus, katika saya sampai
dikosan dan akan menuju kekamar saya yang berada dipaling ujung, saya
berpapasan dengan salah seorang wanita teman kos disamping kamar saya yang
kemudian saya ketahui namanya Sil. Saling melempar senyum, sapaan, dan
keakrabanpun terjadi dengannya. Berdasarkan informasi yang saya terima dari Sil
bahwa air di ditempat ini salobar (asin). Kebetulan karena dia senior saya dan
dia lebih lama tinggal di kosan ini jadi dia sudah lebih mengetahiu keadaan di
tempat ini. Katanya, sudah setahun lebih lamanya air ditempat ini tidak dapat
dikonsumsi. Hanya dipakai mencuci piring, mencuci baju, dan mandi. Siram
tanaman saja layu. “kalo mo teru makanan, torang biasa pake aer gelon” akunya.
(arti: kalau mau masak, kita biasanya memakai air dari dispenser). Mendengat
itu saya Cuma bisa senyum masam. Orang kampung, anak kost, kekurangan uang,
belum dapat kiriman, dan kalau setiap masak harus pakai air gelon, itu artinya
harus mengeluarkan anggaran besar untuk beli air gelon. Namun begitulah nasip
kami. Mau tidak mau kami harus menerimanya. Kalau tidak begitu, kami akan pakai
air dimana lagi ? hanya itu satu-satunya cara kami.
Lambat laun saya mengetahui bahwa
bukan hanya di tempat kami saja yang airnya seperti itu, melaikan di seluru
derah bagian utara kota ternate ini. Bahkan ada yang lebih parah dari kami.
Banyak yang sudah mengalami sakit, baik itu diare, gatal-gatal, dan lain
sebagainya. Kebanyakan pada anak-anak. Kembali saya bertanya-tanya, kenapa
pemerintah tidak mengambil langkah untuk mengatasi hal ini ? kenapa mereka
membiarkan masyarakan menglami hal seperti ini ? mampukah mereka melihat rakyat
mereka menderita ?
Baru-baru ini saya dan teman saya
pergi jalan-jalan dengan sepeda motor. Ketika hampir dekat dengan kantor PDAM,
seorang petugas memblokade jalan kami dan pengendara lain agar kami mengikuti
jalan lain. Hal ini disebabkan karena sedang terjadi aksi demo dikantor PDAM
yang dilaksanakan oleh mahasiswa beserta warga kelurahan dufa-dufa yang pasti
nya sudah tak mampu lagi mengkonsumsi air salobar terus menerus. Ditengah
perjalanan kami terdengan suara seorang wanita yang kebetulan sepeda motornya
berjalan berseblahan dengan kami dan suara wanita itu sangat kencang sehingga
terdengar hingga ketelinga saya “kase tinggal kasana dong demo. Lah aer tu dia
sadap sadiki”. (arti: biarkan saya mereka demo, biar airnya enak).
Bukan hanya satu kali aksi demo
yang dilakukan masyarakat. Sudah berulang-ulang kali. Bahkan ada satu waktu
dimana masyarakat melakukan demonstasi yang mungkin karena dipicu oleh emosi,
ada seorang warga masyarakat yang mengeluarkan umpatan kasar demiklian “bakar
saja ni kantor. Setang deng ngoni” (arti: bakar saja kantornya. Setan kalian).
Dan didepan gerbang kantor PDAM dipasang spanduk yang bertuliskan “ANDA
MEMASUKI KAWASAN AIR SALOBAR”. Sayangnya sekarang spanduk itu sudah diturunkan.
Katanya warga tidak mendapatkan
air bersih dikarenakan adanya produksi air kemasan Ino Oke Bahari Berkesan yang
menyebabkan terjadi kerusakan pada sumber mata air dilingkungan Ake Galale. Hal
itu perna disuaran oleh salah seorang pemimpin aksi massa demonstrasi sekaligus
dosen saya, Sukarno Adam. Wow ! bapak buat saya bangga. Karena desakan dari
pihak massa aksi yang mempertanyakan pihak-pihak terkait dibalik bisnis air
kemasan tersebut, jadi mungkin karena kuatnya desakan dan garangnya wajah masyarakat,
dengan terpaksanya Direktur PDAM kota ternate Syaiful Djafar dihadapan para aksi
demo ia menegaskan bahwa “air kemasan Ino Oke adalah milik pemerintah kota Ternate” selasa (4/4/2016) lalu – malut post.
Namun sepertinya aksi demo yang
dilakukan masyarakat dan mahasiswa waktu itu tidak membawa pengaruh sedikitpun.
Hingga sekarangpun air masih asin saja, masih salobar saja, masih gerah saja
sehabis mandi, dan masih tidak boleh diminum. Tidak ada sedikitpun perubahan
yang terjadi. Seolah-olah demonstrasi yang dilakukan masyarkat itu dianggap
angin lalu.
Dalam perihal ini, siapa yang
harus kita salahkan ? perusahan Produksi Air kemasan Ino Oke Bahari Berkesankah
? pegawai PDAMkah ? masyarakat kah ? saya rasa masyarakat tidak punya andil
dalam salobarnya air ini. Dan menurut saya yang patut disalahkan itu pihak
pemerintah. Saya heran, pemerintah seolah tidak memikirkan nasip masyartakat.
Bagaimana bisa mereka membiarkan hal ini
terjadi. Bahkan bisa dibilang mereka dalang dari semua ini. Naasnya untuk
mendapat air bersih yang layak diminum, masyarakat harus membeli didepot air
atau membeli air kemasan untuk minum bahkan menanak nasi. Seolah-olah
pemerintah menjadikan masyarakat tumbal untuk bisnis mereka. Wow ! sangat tidak
berperikemanusiaan.
Jadi disini saya sangat harpakan
kepada pihak pemerintah bahwa “kembalikan hati kalian, tarukan masyarakat
didepan bisnis, bukan bisnis didepan masyarakat, dan perbaiki keadaan air di
daera kami. Lebih tepatnya keembalikan keadaan air kami seperti semulah. HARUS
!
Oleh : Yulinar Estevani Saleh.